Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bu Susi, Tolong Jangan Rese, Jangan Ganggu Ekspor Benih Lobster

10 Juli 2020   05:40 Diperbarui: 10 Juli 2020   05:35 777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bu Susi sudah tak menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan lagi.  Jadi, sebaiknya, Bu Susi jangan mengganggu kebijakan ekspor benih lobster yang sekarang sudah diizinkan.  Jangan seakan ibu belum bisa move on. 

Kebijakan ekspor lobster tentu sudah diperhitungkan matang matang.  Sudah dikaji dengan jeli.  Terutama siapa yang akan diuntungkan dan siapa yang akan dirugikan. 

Jika ada temen teman satu partai yang diuntungkan ya, wajar, toh, Bu.  Menteri itu jabatan politik. Jadi, harus dapat menguntungkan secara politik bagi orang yang menduduki kursi tersebut. 

Mungkin Bu Susi meraih kursi menteri tanpa modal.  Lho, tapi kan gak semua yang duduk di kursi menteri tak mengeluarkan modal, toh?  Ada bocoran harganya bisa nyaris T, Bu. 

Sudah lah, Bu Susi tenang tenang saja momong cucu.  Biar tentang lobster diurus orang yang sekarang sedang menjabat di sana. Kalau Bu Susi masih cawek cawek, kesannya Bu Susi belum rela turun dari kursi menteri. 

Maaf, Bu Susi. Sekali lagi, maaf.  Modal politik itu besar.  Untuk pemilu kemarin saja trilyunan uang dihamburkan.  Tapi, uang itu bukan uang nenek moyang. Itu uang modal yang harus kembali. Dan bukan hanya harus kembali, tapi harus untung. 

Bu Susi saya rasa tahu juga.  Dari satu partai hanya dua atau tiga yang menjadi menteri.  Padahal, yang setor ke partai kan puluhan, bahkan ratusan. Kalau yang jadi menteri hanya dua orang, yang lain jadi apa? Kan bisa kita beri posisi sebagai eksportir, misalnya.  Ini masalah pembagian saja.  Ibu kan juga tahu, problem di negeri ini adalah pembagian.  Padahal semua guru matematika sudah pasti sudah mengajarkan penjumlahan, pengkalian, pengurangan, dan pembagian. Tetapi, tetap saja hanya pembagian yang sulit adil. Ini mungkin sedang dicoba oleh mereka. Membagi antarsesama. Wajar toh? 

Kalau ada orang dari partai politik lain.  Orang yang dulu kritis pada pemerintah dan bahkan kecenderungan nyinyirnya lebih akut dari yang lain pun ada namanya di situ, bukan masalah menteri nya dong. Ada tim yang menentukan, bukan menteri nya. Kalau kadang kadang ada suara miring bahwa semua itu sudah diatur, cuekin saja, Bu. 

Sekali lagi, tolong Bu Susi jangan resek terhadap apa yang dilakukan menteri pengganti ibu.  Saya tahu Ibu memiliki dasar nurani yang dalam.  Ibu membela nelayan dan masa depan. Tapi menteri yang sekarang juga punya agendanya sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun