Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Perlu Peta Jalan Menuju Guru Profesional

9 Juli 2020   16:57 Diperbarui: 9 Juli 2020   17:04 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Calon guru sekarang dibebaskan.  Lulusan dari mana pun bisa menjadi guru.  Baik. Program ini baik. Tetapi, hasilnya hanyalah gutu pandai secara intelektual tapi minim kemampuan pedagogik.  Mereka bagus dalam mengajar karena mereka memang memiliki kemampuan otak lebih. Akan tetapi payah dalam pedagogik.  Artinya, hatinya tidak sepenuhnya ada di ruang ruang kelas. Tak ada sentuh hati. 

PPG atau pendidikan profesi guru yang seharusnya dilakukan selama 18 bulan saja tak mungkin mampu membalikkan jiwa mereka menjadi jiwa pendidik, apalagi sekarang PPG dipersingkat.  Hanya menjadi proyek belaka. 

Guru harus nya memang sudah menjadi profesi pilihan sejak awal. Dari remaja bahkan dari anak anak sudah berjiwa guru. Bukan cuma polesan polesan instan.  Seperti tadi, saya sampai kan di awal, jika tidak seluruh mahasiswa IKIP saja yang menekuni profesi guru. Apalagi mahasiswa yang memang dari awal tidak menyukai profesi yang satu ini. 

Lalu? 

Profesi guru harus dibentuk dari awal.  Jangan jadikan profesi guru cuma dijadikan profesi daripada nganggur.  Guru harus ada dalam jiwa. Benar benar jiwanya. 

Calon guru harus dipilih sejak SMA, bukan setelah lulus kuliah. Calon calon guru ini didik di lembaga khusus pencetak guru.  Istilahnya, jiwa guru yang sudah ada film dada lulusan SMA tersebut kemudian tinggal digembleng secara intens di lembaga pendidikan guru tersebut. 

Jangan juga mahasiswa calon guru itu bayar kuliah dengan biaya sendiri.  Sejak masuk kampus candradimuka guru, seorang mahasiswa langsung diberikan beasiswa ikatan dinas. Sehingga hanya mereka yang berjiwa guru yang mendaftar di kampus khusus guru tersebut. 

Pola perkuliahan juga harus berimbang antara Ilmu profesional dengan ilmu pedagogik (istilah ini mengacu pada 4 kompetensi guru sesuai uu guru).  Jadi, mereka memang siap mengajar, dalam artian membuat murid aktif membangun kompetensi dirinya, bukan siap mengajar hanya mengucurkan ilmu pengetahuannya. 

Kalau pendidikan calon guru dibeasiswakan, pasti akan memberi kesempatan kepada seluruh pemuda lulusan SMA di seluruh pelosok negeri.  Ada anak anak kampung memiliki jiwa guru dan siap mengabdi di kampung nya tapi tak bisa kuliah karena faktor biaya.  Beasiswa akan menjadi jalan keluar bagi mereka. 

Jika mereka jadi guru, mereka akan pulang ke kampung nya, dan tak berkumpul di kota kota seperti saat ini. Penyebaran guru berkompetensi tinggi tidak menjadi masalah seperti saat ini. 

Lulusan kampus guru langsung diangkat menjadi guru karena sudah dihitung antara kebutuhan dan penerimaan. Problem saat ini, banyak lulusan IKIP tak jadi guru tak perlu terjadi. Problem saat ini, ketika begitu membingungkan menjadi guru bagi lulusan umum juga tak terjadi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun