Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Adakah Pancasila di Benih Lobster?

6 Juli 2020   05:43 Diperbarui: 6 Juli 2020   05:50 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pancasila itu harus dipraktikkan. Kalau Pancasila masih terus diperdebatkan, kan dipraktikkan nya? Jangan sampai rakyat negeri ini menganggap bahwa Pancasila sudah mati di kehidupan ini. 

Contohnya saja jika kita ingin menjadikan Pancasila sebagai panduan kehidupan bersama adalah di benih lobster. Kok benih lobster? Memangnya ada Pancasila di benih lobster? 

Pancasila harus ada dalam sikap hidup bernegara.  Memang, kalau kalian buka perut benih lobster tak akan kalian temui Pancasila di sana. 

Tapi dalam praktik pengelolaan lobster harusnya ada Pancasila.  Maksudnya, harus ada "Keadilan sosial" dicerminkan oleh pengelolaan lobster. 

Bu Susi tidak dipilih kembali sebagai Menteri KKP. Padahal, menurut masyarakat, Susi lah menteri paling berhasil dalam pengelolaan laut kita.  Susi betul-betul mengejawantahkan sosok Ratu Kidul si Penjaga Laut. 

Tanpa kompromi, Susi habisi mafia di lautan. Jangankan mafia lokal, mafia internasional saja lari terbirit-birit takut mantra saktinya "Tenggelamkan! "

Tak ada orang orang parpol yang berani mengusik kegagahan Ratu Laut Selatan dari Pangandaran tersebut.  Bibit atau benih lobster dilarang diekspor karena merugikan negeri ini sekaligus hanya menguntungkan eksportir dan pengembang lobster di Vietnam. 

Keadilan diwujudkan oleh Bu Susi. ada Pancasila di KKP.  Sebelum akhirnya, hampir semua kebijakan Ratu Kidul dianulir oleh Menteri baru. Menteri yang dianggap paling buruk kinerjanya menurut survei. 

Paling memuakkan adalah pembukaan kran ekspor benih lobster tersebut. Kritik bertubi-tubi. Dari yang lunak hingga yang keras. Tapi terus bergeming. Ekpor jalan terus. 

Kecurigaan muncul ketika kengototan KKP untuk membuka kran ekspor tak menggubris kritikan. Ada apa dibalik kengototan tersebut? 

Dan Tempo telah menjawabnya.  Perusahaan perusahaan yang diberi izin ekspor lobster ternyata dimiliki oleh para politikus Jakarta.  Dan mungkin kawan kawan dari pengambil keputusan di KKP. 

Hati ini teriris. Saya yakin juga hati ribuan pembaca Tempo yang kemudian tahu manusia manusia di belakang pemilik perusahaan yang mendapat izin ekspor. 

Jadi, wahai para politikus. Terutama politikus PDIP yang terlalu serius menggarap RUU HIP. Tengoklah di benih lobster. Adakah Pancasila di sana? 

Jika kalian para politikus Senayan mampu melaksanakan Pancasila dengan baik, negeri ini akan aman. Rakyat kecil tak usah diajarin Pancasila. Mereka sudah Pancasilais dari hati nuraninya yang paling dalam. 

Ayo, beranikah kalian bicara Pancasila di benih lobster? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun