Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

SMK 4 Tahun, Bukan Cuma Memperpanjang Masa Sekolah Kan?

12 Juni 2020   16:05 Diperbarui: 13 Juni 2020   10:58 1401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kementerian Pendidikan Nasional akan memperpanjang waktu belajar di SMK menjadi 4 tahun. Sebuah kabar gembira atau petaka? 

Pernah ada penelitian yang bikin gusar beberapa tahun lalu. Ternyata penyumbang terbesar pengangguran di negeri ini adalah sekolah kejuruan. Kan, bagaimana bisa ini terjadi? 

SMK sebetulnya tercipta sebagai jalan untuk memperoleh keterampilan sebelum terjun menjadi pekerja atau malah menjadi seorang enterpreneur. Sehingga, proses pembelajaran di SMK pun lebih ke arah pembelajaran praktek lapangan. 

Ketika seorang anak lulus SMK, dia tidak canggung lagi untuk langsung terjun ke dalam dunia kerja. SMK disenangi oleh siswa dari kalangan ekonomi rendah karena kecepatan dalam pemerolehan pekerjaan. Sesuatu yang sangat dibutuhkan karena orang tua yang hidup di wilayah yang rentan. 

Akan tetapi, begitu banyak orang tua kecewa karena justru anak anaknya yang lulusan SMK malah sulit mencari kerja. Mengapa hal demikian dapat terjadi? Ada kesalahan apa?

Ternyata, SMK yang ada hanya memiliki jurusan jurusan yang sudah jenuh di masyarakat. SMK pertanian, misalnya, penyuluh pertanian menjadi cita cita lulusannya. 

Ketika penyuluh pertanian tak menerima calon baru, mereka tak bisa apa apa. Apalagi berharap muncul enterpreneur dari sekolah ini.

Jurusan sekretaris. Terlalu banyak lulusan daripada daya serap lowongan kerja yang tersedia. Sehingga akhirnya, mereka lulus dari sekolah langsung menjadi pengangguran. 

SMK harusnya memang diberi keluwesan dalam membuat jurusan. Lebih baik lagi jika SMK menjadi terhubung dengan kebutuhan daerah tertentu. 

Misalnya, di daerah-daerah yang memiliki sumber daya kelautan berlimpah, didirikanlah SMK kelautan atau pengelolaan hasil laut. Jangan sampai di daerah-daerah penghasil kelautan didirikan SMK jurusan sekretaris atau multimedia. 

Berarti di daerah unggulan wisata, daerah unggulan industri, akan muncul SMK bercirikan keunggulan daerah tersebut. 

Pengajar SMK juga masih menjadi persoalan tersendiri. Pengajar atau guru mapel keahlian seharusnya diampu oleh guru dengan keahlian yang sama. Sementara, terutama di SMK swasta, terkadang guru pengampu mapel keahlian diberikan kepada siapa pun secara asal asalan. 

Kerja sama dengan industri di daerah menjadi sangat diperlukan. Sehingga lulusan dari SMK akan langsung diterima di perusahaan tertentu karena memang dibutuhkan.

Kesinambungan ini yang sudah digembar-gemborkan dari mulai zaman mendikbud Wardiman Djojonegoro tapi belum juga ada kejelasan hingga kini.

Link and match menjadi kebutuhan yang tak bisa ditolak. SMK harus memperhatikan hal tersebut jika tak ingin mencipta calon-calon pengangguran.

Lama proses belajar memang perlu dilakukan. Tapi harus jelas dulu programnya. Jangan sampai pelamaan proses belajar di SMK menjadi 4 tahun hanya untuk memperpanjang jalan sebelum menjadi pengangguran juga.

Kajian harus dilakukan dengan cermat. SMK memang sangat diperlukan oleh bsngsa ini. Sehingga, persaingan antarpekerja yang sebentar lagi berlaku tidak menjadi bumerang bagi anak negeri ini. 

Ucapan seorang Menteri saat membela kehadiran tenaga kerja asing dari China bahwa pekerjaan itu belum bisa dikerjakan oleh anak-anak muda negeri tercinta ini, sangatlah memalukan diri sendiri. Ibarat menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri. 

Masa iya, untuk kerjaan seperti itu saja, anak anak negeri ini harus menerima kekalahan? 

Kementerian Pendidikan Nasional jangan hanya bikin kelinci percobaan. Waktu yang terbuang sudah terlalu banyak. Tak mungkin lagi kita berjudi dengan waktu. Saatnya kita bangkit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun