Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjadi Rakyat yang Baik, Yuk!

25 Maret 2020   12:41 Diperbarui: 25 Maret 2020   12:54 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjadi pemimpin harus tahan kritik. Pemimpin yang baik adalah mereka yang memiliki telinga tebal.  Maka, sebaiknya tak usah menjadi pemimpin jika masih bertelinga tipis. Dikritik sedikit sudah berpolah. Apalagi jika dilakukan dengan pongah karena merasa kedudukannya lebih tinggi. 

Dan dalam alam demokrasi pasca Reformasi, kita seperti dibisingkan oleh teriakan teriakan sendiri atau teriakan yang bersahut-sahutan tak karuan.  Dan orang bilang, itulah resiko dari jalan demokrasi yang sudah kita pilih dengan sadar sesadar sadarnya. 

Imbauan untuk tetap tinggal di rumah yang disampaikan oleh Pak Jokowi dan Pak Anies Baswedan seperti angin lalu saja.  Dicuekin seperti tak pernah ada. Padahal, beliau beliau adalah pemimpin kita. Orang yang setiap hari dibisingkan oleh kritik kritik kita. 

Kita sudah seharusnya menjadikan diri kita sebagai rakyat yang baik. Ketika kita begitu berisik menuntut pemimpin yang baik, akan tetapi di sisi lain, kita sendiri enggan menjadi rakyat yang baik. 

Jika kita tak mau dan tak mampu menjadikan diri kita sebagai rakyat yang baik, mungkinkah pemimpin kita menjadi pemimpin yang baik? Menjadi pemimpin yang berhasil? 

Kritik bising itu harus nya juga menyasar diri sendiri, bukan hanya menyasar orang lain.  Saya jadi ingat pengajian Gus Baha, laki-laki yang baik akan mendapatkan perempuan yang baik dan pastilah perempuan yang baik akan mendapatkan laki-laki yang baik.  

Terus ada seorang suami yang setiap hari memarahi istrinya karena merasa terjebak mendapatkan istri yang tidak baik. Si suami tak pernah mengaca jika dirinya yang belum baik sehingga istrinya seperti itu.

Coba si suami memperbaiki tanpa kemarahan kemarahan, pasti istrinya juga akan menyesuaikan terhadap kebaikan suaminya. Sayang, terkadang kita lebih mudah melupakan diri dan lebih suka menuduh kesalahan kepada pihak lain. 

Pemimpin yang baik berada di tengah rakyat yang baik. Oleh karena itu, tetaplah kritik pemimpin sambil juga mengarahkan kritik itu ke diri kita sendiri. Sudah baikkah kita sebagai rakyat? 

Seandainya rakyat sudah baik dan dipimpin oleh orang baik, maka negeri ini akan semakin mendekat menjadi baldatun warobun ghofur. 

Menjadi rakyat yang baik tentu tidak mudah. Apalagi jika terlalu sering ditipu oleh pemimpin bahkan oleh wakil wakil rakyat. Tapi, jangan sampai sinar terang itu padam. Semangat terus. 

Semoga dengan kebersamaan, korona akan keok. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun