Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apa Sih Asesmen Kompetensi Minimum?

14 Desember 2019   11:27 Diperbarui: 14 Desember 2019   11:40 11366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bukan, itu bukan penggantian. Berbeda banget UN dengan Asesmen Kompetensi Minimum.  Karena objek nya berbeda. UN menilai siswa sedangkan AKM menilai sekolah nya. 

Dalam AKM, siswa tak punya beban apa apa. Siswa silakan menjawab sesuai kemampuannya. Tak ada soal pilihan ganda model UN yang jawabannya memang perlu dihafal. AKM sangat memerlukan kemampuan dalam berpikir. 

Ada dua hal yang diuji dalam AKM. Pertama, tentang kemampuan berliterasi. Bukan literasi seperti selama ini yang dipahami sebagai membaca tok. Kemampuan berliterasi dalam AKM adalah kemampuan dalam memahami bacaan. 

Pelajaran apa pun, mengharuskan siswa mampu berliterasi. Jadi, kemampuan berliterasi adalah kemampuan lintas mata pelajaran. Sekarang beban itu masih diletakkan di pundak guru guru bahasa Indonesia. Sebuah kesalahan yang harus cepat diperbaiki. 

Kemampuan berliterasi juga merupakan kemampuan yang dibutuhkan setiap orang dalam sepanjang hayatnya.  Dalam kehidupan seseorang, bahkan ke depan, mengharuskan kepemilikan kemampuan berliterasi model ini. 

Sekolah merupakan lembaga yang pas untuk menyemaikan kemampuan dasar ini.  Tanpa kemampuan dasar ini, seseorang akan gagap menghadapi informasi yang membanjiri detik-detik nya. 

Kedua, kemampuan numerasi. Tak kalah dengan kemampuan berliterasi, kemampuan dalam menghadapi angka angka atau data data ini sangat dibutuhkan di masa depan.  Bahkan kehidupan masa depan akan bergantung kepada kemampuan mengolah data atau angka angka ini. 

Hasil tes PISA yang dilaksanakan oleh OECD telah diumumkan. Hasilnya sudah dapat ditebak. Indonesia menempati posisi keenam. Sayang nya, hitungan nya dari bawah. Kenapa hal itu sudah tak bisa ditebak? 

Tes PISA dan pembelajaran di kelas memang berbeda. Kemampuan berliterasi dan numerasi sangat diutamakan dalam tes PISA, sedangkan pembelajaran di kelas masih menghapal untuk mengejar nilai tinggi di UN. 

Itulah Asesmen Kompetensi Minimum. Bukan pengganti UN. Ini sudah diamanatkan dalam uu sisdiknas. Tapi selama ini diselewengkan. Nadiem hanya mengembalikan ke rel yang benar. 

Semoga, bersama Nadiem perbaikan pendidikan akan segera terwujud. 

Terima kasih, Mas Menteri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun