Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Tak Mungkin Nadiem Menjabat 5 Tahun

30 Oktober 2019   09:53 Diperbarui: 31 Oktober 2019   11:37 17611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim saat pelantikan menteri-menteri Kabinet Indonesia Maju di Istana Negara, Jakarta, Rabu (23/10/2019). |Sumber: Kompas.com/Kristianto Purnomo

Kesenjangan fasilitas masih bisa disiasati. Kesenjangan kemampuan guru, mau dikata apa? Guru tak mungkin bisa disulap. Guru harus disiapkan dengan baik, karena, kurikulum sebaik apapun akan gagal di lapangan jika guru-guru tak bisa apa-apa. 

Demikian juga sebaliknya, kurikum yang jelek atau bahkan tanpa kurikulum pun, pendidikan akan tetap berhasil di tangan guru-guru kreatif. Sementara untyuk mencari guru saja susah, apalagi mencari guru yang kreatif.

Guru yang terkadang asal karena tak bisa bekerja di tempat lain, diperparah lagi oleh manusia-manusia yang memegang kendali di seluruh dinas di negeri ini. Orang-orang yang diharuskan mengambil kebijakan atau duduk di tempat menentukan di dinas, bukan orang yang tahu pendidikan. 

Bahkan, pernah ada kepala dinas yang berasal dari dinas pemakaman dan sama sekali tak tahu pendidikan. Sehingga begitu banyak kengawuran yang mengerikan di ruang-ruang kepala dinas tersebut.

Pernah ada seorang kepala dinas dengan lantang menganjurkan guru-guru untuk mencontoh bimbingan belajar. Tak perlu susah-susah, drill saja seluruh siswa dengan soal-soal sehingga nilai UN naik. 

Kenapa harus nilai UN naik? Ternyata kepala dinas baru itu merupakan mantan tim kampanye bupati dan agar bupati bisa terpilih lagi pada pemilihan berikutnya dengan cara menaikkan nilai UN kabupaten. Itulah, kepala dinas hasil kompromi politik atau balas budi politik seorang bupati.

Terus bagaimana berharap pendidikan bisa maju di tengah otak bolong para kepala dinas?

Mendikbud Nadiem Makarim di Istana Negara, Jakarta, Senin (21/10). (Raka Denny/Jawa Pos)
Mendikbud Nadiem Makarim di Istana Negara, Jakarta, Senin (21/10). (Raka Denny/Jawa Pos)
Nadiem hadir untuk mendobrak pintu yang tertutup berpuluh tahun itu. Dia masih muda. Bahkan sangat muda. Dia berpikir ke masa depan, bukan terkurung di masa lalu. Dia anak muda yang berhasil menerobos.

Akan tetapi, Nadiem tampak sendirian. Paling tidak, jika dilihat dari kondisi para kepala dinas yang rata-rata berotak masa lalu. Belum lagi, hambatan dan tantangan dari dalam gedung yang berdiri mengangkang di Senayan. 

Pasti banyak otak-otak masa lalu yang akan menolak Nadiem. Apalagi dengan jurus "Anak bawang belum pengalaman".

Tadinya, saya berharap Jokowi memberi Nadiem seorang wakil menteri. Paling tidak, jika ada wakil menteri, Nadiem bisa berkonsentrasi untuk membangun langkah-langkah terobosan yang sangat diharapkan hadir di Kementerian Pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun