Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Pribumisasi Islam ala Gus Dur

27 Mei 2019   04:16 Diperbarui: 27 Mei 2019   04:32 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Islam bukan Arab.  Arab juga bukan Islam.  Islam itu universal.  Agama Islam untuk seluruh alam.  Untuk yang ada di Kutub utara, juga untuk yang di Kutub Selatan.   Untuk yang di bawah garis khatulistiwa.  Untuk yang di Jepang,  di bagian timur bumi.  Untuk yang di ujung barat bumi.  Untuk yang berkulit hitam,  kuning, atau putih.  Islam memang untuk semua.  Sedangkan,  Arab hanya bisa di tempat tertentu.  Itulah, makanya,  kita harus bisa membedakan antara Islam dan Arab. 

Hanya saja,  masih banyak orang Islam yang menyamakan Islam dengan Arab.   Sehingga yang terjadi Arabisasi bukan Islamisasi.   Akan tetapi,  mereka merasa sedang melakukan Islamisasi. 

Arabisasi terlihat dari keislaman yang tertunjuk pada luaran.  Misalnya saja,  pada pemakaian gamis.   Arab memang demikian, tapi Islam adalah pada nilai penutupan aurat, bukan pada wujud pakaian.   Jika kita berpegang pada pakaian Arab,  kita tak akan bisa maju dalam hal mode.  Beda jika pegangan kita adalah nilai, maka mode akan berkembang dalam Islam. 

Ane,  ente  umi, abi dan bahasa Arab tak perlu menjadi bahasa keseharian kita,  karena kita punya aku, kamu,  bunda, dan ayah.   

Gagasan Gus Dur tentang pribumisasi Islam adalah penerapan Islam yang mampu menusuk ke dalam kelokalan tanpa pertempuran.   Hal demikian memang memiliki rujukan pada permulaan perkembangan Islam di negeri ini oleh para wali.   Walisongo mampu menebar keislaman tanpa ada resistensi dari penduduk lokal.   Larangan memotong sapi oleh Sunan Kudus termasuk dalam konsep ini.   Karena,  beliau ingin kehadiran Islam tidak menantang agama yang telah lebih dulu ada. 

Dengan konsep Islam Walisanga,  Islam menyebar dan menjadi agama warganegara negeri ini dengan damai.  

Kemudian ada orang orang yang langsung menuntut ilmu di Arab dengan aliran Wahabi nya.   Aliran yang cukup keras dalam mengamalkan nilai Islam.   Pemurnian yang mereka usung lebih terlihat sebagai Arabisasi.   Apalagi kemudian mereka juga berpolitik.  Sehingga Islam menjadi Islam politik. 

Gus Dur menentang hal demikian.   Gus Dur yang lahir dan dibesarkan oleh budaya NU,  menolak Arabisasi.  Karena NU memang dikenal sebagai organisasi yang sangat dekat dan memelihara budaya lokal yang dimasukkan ke dalam nya nilai nilai Islam. 

Ada semacam perbedaan antara Islam politik yang keras dengan Islam kultural yang sangat menghargai budaya lokal dan berislam secara ramah. 

Gus Dur adalah Islam di Indonesia. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun