Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Memaknai Gerakan #tidakatasnamasaya

26 Mei 2019   10:04 Diperbarui: 26 Mei 2019   10:16 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Seorang Najib Burhani dalam buku "Menemani Minoritas" mengungkapkan bagaimana orang orang tertentu menyebarkan perasaan sebagai Islam yang terancam terhadap anak anak muda belia di SMA.   Dan provokasi demikian,  menjadikan anak anak muda, terutama yang giat di kegiatan Rohis menjadi terpancing berpikir intoleran. 

Amin Rais sendiri sempat dengan emosi mengatakan bahwa umat Islam ditembaki oleh polisi,  bahkan dibumbui dengan kata PKI.  Kata kata yang juga mirip dengan provokasi yang pernah diceritakan oleh Najib. 

Gus Dur sendiri pernah menyinggung hal demikian dalam salah satu bukunya,  "Tuhan Tak Perlu Dibela".  Gus Dur menganggap bahwa perasaan terkepung umat Islam di Asia Tenggara khususnya di Indonesia sedang terjadi dan membuat umat marah tidak jelas. 

Gus Dur mengampanyekan Islam ramah dan menolak Islam marah.   Dan Gus Dur sendiri lalu dimarahi mereka.  Untung beliau mempunyai kekuatan besar untuk menghadapi mereka. 

Ketika Amin Rais mengatasnamakan Islam pun,  kemudian muncul tagar penolakan yang diinisiasi oleh Putri Almarhum Gus Dur yaitu Mbak Alissa Wahid #tidakarasnamasaya. Tagar yang langsung trending topik di twitter dan ada upaya untuk menghambatnya, namun tak berhasil. 

Selama ini,  mayoritas diam sering ditelikung dengan aneka pengatasnamaan.   Sehingga upaya untuk membangunkan mereka yang diam untuk berani bersuara sangat penting.   Jangan sampai,  mereka yang bersumbu pendek selalu merasa mewakili umat Islam. 

Apalagi jika kaum sumbu pendek dan gerombolannya itu bermaksud memprovokasi demi keuntungan politis gerombolannya brlaka dengan serampangan mengatasnamakan Islam. 

Bukan lagi saatnya diam.  Mbak Alissa telah membangunkan kesadaran mayoritas diam untuk tak lagi diam.  Mayoritas diam,  jika bersuara tentu akan mengalahkan minoritas bising. 

Dan jagat perpolitikan memang cenderung dikuasai oleh minoritas bising tersebut.   Sehingga perasaan sebagai Islam tertindas di negeri ini dinarasikan seolah olah memang benar sedang dialami umat Islam. 

Gerakan #tidakatasnamasaya saya maknai sebagai gerakan menolak Islam Amin Rais dan genk.  Menolak Islam marah. 

Karena Islam di negeri ini memang baik baik saja.   Juga diperlakukan dengan baik oleh pemerintahan Jokowi-JK.   Dan pasti akan lebih baik lagi di bawah pemerintahan Jokowi- Ma'ruf Amin. 

Mari kita suara kan suara kita.  Kita tolak pengatasnamaan atas Islam.  Karena mereka hanya mewakili napsu politik nya sendiri dan gerombolannya.  Mereka tentu #tidakarasnamasaya.

Terima kasih,  Mbak Alissa.  Anda telah membangun kan kesadaran kami yang telah diperkosa,  meminjamkan istilah yang sering mereka pakai, para sumbu pendek. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun