Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Harap Senang Ada UNBK

21 April 2019   20:09 Diperbarui: 21 April 2019   20:18 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan Guru Menghadapi UNBK

Padahal kalau secara teori pendidikan,  UN itu kan cuma peristiwa biasa.   Sebiasa ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan akhir semester. 

Pembelajaran itu dimulai dari perencanaan berupa RPP.  Kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan pembelajaran di ruang ruang kelas.   Dan diakhiri dengan tes. 

Perencanaan harus ada agar pembelajaran tidak asal asalan.   Pelaksanaan harus menyenangkan agar ilmu diresapi dengan baik.  Dan tes hanya sebagai pengukur sejauh mana penguasaan materi oleh peserta didik. 

Jika perencanaan baik dan pelaksanaan baik, apa yang ditakutkan dari sebuah tes? 

Hanya saja persoalan cukup banyak.   Pertama,  kemampuan guru dalam penguasaan materi memang masih payah.   Buktinya,  nilai uji kompetensi guru (UKG) sangat menyedihkan.   Dari guru yang hebat saja,  belum tentu terlahir peserta didik yang hebat.   Apa yang diharapkan dari guru dengan kompetensi yang menyedihkan? 

Sayang nya, pemerintah sendiri masih gagap dalam meningkatkan kompetensi guru.   Ada upaya saling lempar antara Kemendikbud dengan pemda.   Kemendikbud menganggap tanggung jawab peningkatan mutu guru merupakan tanggung jawab pemda, karena saat ini guru sudah menjadi pegawai pemda.   Di sisi lain,  banyak pemda yang menganggap bahwa Kemendikbud yang bertanggungjawab terhadap peningkatan mutu guru, karena pemda banyak yang anggaran habis hanya untuk gaji pegawai. 

Maka,  guru menjadi mahkluk setengah jadi. 

Kedua, masalah sarpras yang berbeda jauh antara sekolah antara daerah.   Sekolah di Jakarta ada yang sama dengan sekolah internasional, tapi ada juga sekolah sekolah kandang ayam, terutama sekolah swasta yang asal saja.   Bahkan jam sekolah mereka masuk jam 10.00 jam 11.00 sudah keluyuran.  Kenapa?  Karena gurunya pun guru asal asalan yang digaji dengan jumlah yang dibanding penghasilan pencari sampah pun masih kalah. 

Belum lagi jika perbandingan juga ditarik antara sekolah di Jakarta dengan sekolah di Kalimantan, Sulawesi, atau Papua.   Dengan guru yang hanya 1 orang mengajar semua mata pelajaran. 

Kondisi sarpras seperti itu jelas membuat UN menjadi begitu menakutkan.   Walau UN hanya lah soal tentang materi yang sudah diajarkan.   Materi yang tertera jelas dalam sebuah kurikulum

Besok anak anakku, siswa SMP dan yang sederajat akan melaksanakan UN,  sekarang berbasis komputer sehingga namanya menjadi UNBK. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun