Malam Kematian Sengkuni, Si Manusia Lidah Api

Kegilaan Sengkuni semakin terlihat jelas, saat dia memimpin demontrasi menurunkan lurah yang sudah turun temurun di desanya.  Di desanya Sengkuni, seorang lurah itu keturunan.  Ada wahyunya.  Jadi, tak bisa sembarangan menjadi lurah.

Sengkuni yang memang otak cerdas nyaris licik itu tahu persis kalau hal itu cuma cara lurah yang sekarang sedang berkuasa untuk melestraikan kekuasaannya.  Orang licik harus dihadapi dengan licik, kata Sengkuni.  Maka, Sengkuni pun membayar orang-orang untuk menjadi saksi bahwa Sengkuni telah mendapat wahyu untuk menjadi lurah.

Warga gempar.  

Sengkuni bukan keterunan trah bangsawan desa.  Sengkuni cuma anak Mang Rais yang juragan tape.  Walaupun juragan, tapi namanya juragan tape, ya duitnya cuma segitu. Tak mungkin Sengkuni dapet wahyu.

Tapi karena Sengkuni sudah membayar orang-orang untuk menjadi saksi palsu atas wahyu lurah yang diterimanya.  Sejagad desa mulai ada yang percaya bahwa Sengkunilah calon lurah setelah lurah sekarang wafat.

Lurah yang sedang berkuasa tahu persis kelicikan Sengkuni.  Tapi dia bingung untuk melawannya.  Akhirnya, dia suruh menantunya yang  berkelahi dan mabuk-mabukan untuk menghabisi Sengkuni.  Menantunya langsung bergerak.  

Sayang, saat menantu lurah bergerak hendak menghabisi Sengkuni, rumah Sengkuni sudah dijaga para pengikutnya yang sudah termakan hoaks wahyu lurah yang dikabarkan orang-orang bayuaran Sengkuni.  Menantu lurah gagal menghabisi Sengkuni.

Demo besar-besaran terjadi.  Sengkuni yang memimpin gerakan itu.  Sengkuni berteriak-teriak menggunakan corong toa musola.  Karena menggunakan corong toa musola, maka orang-orang yang bergerak semakin banyak dan tak terbendung lagi.  Sengkuni berkutbah di hadapan para pendemo.  Para pendemo yangtak tahu agama langsung percaya, karena Sengkuni menyelipkan ayat-ayat kitab suci di tengah orasinya.

Lurah pun akhirnya turun tahta.

Sengkuni sudah siap-siap menggantikannya.  Tapi sayang, Sengkuni lupa kalau ada Durahman.  Laki-laki pendoa kuburan yang selalu dekat dengan masyarakat.  Durahman selalu mendoakan orang-orang yang mati atau yang terkena musibah dengan tulus.  Doa-doa yang selalu menentramkan siapa pun yang mendengarnya.

Durahmanlah yang kemudian di daulat masyarakat kampungnya Sengkuni.  Dan Sengkuni dendam sekali pada Durahman.  Gak kerja demo, eh, malah dapet kursi lurah dengan gratis.  Sengkuni kasak kusuk lagi untuk menjatuhkan Durahman.  Sengkuni menebarkan fitnah kalau Durahman itu punya teman makhluk halus.