Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Surat dari Ayah

19 Oktober 2018   04:37 Diperbarui: 19 Oktober 2018   04:54 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Surat itu aku robek, aku remas, dan aku lempar ke dinding yang di dinding itu aku bayangkan wajah ayah.

Untuk apa kata maaf bagi laki laki itu?

Aku masih teringat isak bunda.  Dia bahkan mau bersujud asal ayah tak pergi dengan perempuan itu.

Aku masih teringat, saat ayah menghempaskan tanganku dengan begitu kuatnya.

Aku juga masih teringat wajah Tia, adikku yang pucat dan duduk sambil menangis tanpa suara apa pun karena ketakutan yang begitu dalam dan tahu apa yang sebetulnya sedang terjadi.

Aku marah.

Kemarahan ku belum reda saat menerima surat ayah.  Surat yang isinya permintaan maaf dan memohon untuk diterima kembali sebagai salah satu anggota keluarga.

Kemarahan ku mungkin bukan hanya.belum reda.  Tapi tak akan pernah reda. Untuk selama nya.

Selama nya.

"Mas, kita jadi menikah kan?" tanya Fina manja.

Aku teringat dua anakku di rumah.  Mereka mungkin sudah menunggu kepulangan ku.  Juga Diah,.istri ku yang sudah sekian tahun bersetia.

Aku bangun.  Menuju jendela. Menatap langit Jakarta yang agak mendung.

Mungkinkah sejarah berulang?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun