Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aluna dan Bibirnya

17 Oktober 2018   07:14 Diperbarui: 17 Oktober 2018   07:21 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku berteman baik dengan Aluna sejak SMA.  Tidak pernah satu kelas, tapi pernah satu ekskul.  Aluna mengambil ekskul basket, aku pun mengikuti nya.  Walau tak suka basket, tapi aku suka melihat Aluna berlama lama.

Setiap latihan, Aluna lebih sering tak ada.  Ada yang bilang kalau Aluna sibuk soting pelm.  Ada yang bilang lagi bikin iklan.  Ada juga yang bilang Aluna lagi jalan jalan keluar negeri.

Latihan tanpa Aluna, bagai makan nasi tapi tak ada nasinya.  Tak mungkin kan?

Aluna memang selalu mempesona.  Apalagi kalau lagi keringatan sehabis latihan basket.  Bawaannya pengin ngelap tuh keringat dengan sepenuh jiwa.

Tak seberapa itu.

Aku sering cuma duduk saja, kalau Aluna lagi berlatih basket.  Aku berlama lama memandangi bibirnya.

Bibir Aluna itu lain dari yang lain.  Bibir Aluna selalu mengungkapkan paradoks kehidupan.  Misalnya saja paradoks antara "iya" dengan "tidak".  Paradoks antara "oke" dengan "ogah". Paradoks antara "siap" dengan "tunggu".  Dan masih banyak lagi, dan tak mungkin aku sebutkan satu per satu.

Tak ada bibir separadoks bibir Aluna.  Dan yang tahu ini, hanya aku.  Karena Aku selalu memperhatikan nya dengan seksama dan dalam tempo yang selama lamanya.

Kami berpisah selepas SMA.

Lalu kemarin aku jumpa dia lagi.  Bibirnya masih sama.  Masih menyimpan paradoks.  Tapi Aku sudah terlanjur punya anak tiga. Tak mungkin aku tetap memujinya.  Gak enak sama bini.

Aluna, oh, bibirmu ...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun