Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jam Dua Belas

12 Oktober 2018   23:43 Diperbarui: 12 Oktober 2018   23:49 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Yakin?

Terus saja ada rasa ragu.  Ada rasa untuk memutar balik arah kaki.

Tidak!

Setiap keputusan pasti akan selalu dibayang bayangi keraguan.  Namun, sekali langkah diayunkan, pantang rasa hati berbalik memutar arah kaki.

Aku terus berjalan mengikuti kelok pematang.  Malam agak temaram. Bulan setengah tertutup kabut tipis.

Ada nyanyian jangkrik yang lebih mirip jeritan meminta segera datang hujan.  Ditingkahi bisikan angin malam menggesek daun daun kering di kebun pisang.

Surti.

Bayangan sebuah kemarahan yang belum juga mencapai ujung perjalanan panjang hari hariku.

Anjing.

Aku kadang tersiksa oleh luka.  Luka laki laki.  Ya, luka yang harus segera dilunasi.

Kadang wajah muram Tio juga muncul.  Tapi bocah itu sekarang sudah terbaring damai di kuburan nya.

Seandainya ...

Aku segera meraih kembali anganku.  Ada binatang melintas tak jauh di depan.  Entah.

Pulang, bro

Sebuah irisan paling menusuk hati.  Pulang ke mana?  Rumah hanya seonggok bangunan yang sudah lama kehilangan isi.  Aku hanya berkata dalam hati, "Aku sedang menunggu waktu."

Aku duduk.

Dan, malam ini harus lunas.  Sebentar lagi jam 12.  Laki laki harus memenuhi janji.

Dia datang.  Aku hafal langkah kakinya.  Aku terus menunggu.  Sampai dia dekat.

Bayangan nya semakin jelas.  Aku siap berdiri.  Bersiap menyambut nya.

Pelan pelan aku raba pinggang.  Pisau yang sudah aku gosok setiap hari itu masih terselip rapi.

Pelan aku mengeluarkan nya.  Pelan sekali.  Aku tak ingin gagal lagi.  Kali ini harus lunas segala nya.  Harus ..

Tinggal kira kira dua meter jaraknya.  Ia berhenti.  Mungkin dia sudah tahu.  Lalu, hendak berbalik.  Lalu ...

Tidak.

Aku melompat.  Seluruh tenaga kukerahkan.  Dan ....

Dia tersungkur.  Penuh luka.  Luka laki laki sejati.

Lalu pelan pelan aku menyimpan pisau itu.  Pelan pelan aku robek perutku sendiri.  Tak terasa apa apa ....

Jam 12 tepat.

Dan janji sudah kulunasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun