Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Politik Emak-emak, Politik Kesadaran?

8 September 2018   07:29 Diperbarui: 8 September 2018   07:46 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Waktu ada demo susu menjelang reformasi yang dilakukan perempuan, mereka dan orang di luar mereka tak ada yang menyebutnya sebagai emak-emak.

Karena politik yang dilakukan kaum perempuan itu adalah politik kesadaran akan peran penting perempuan dalam politik perubahan sebuah negeri.  Dan memang lebih pas disebut politik perempuan.

Lalu, di 2018 ini muncul hal serupa tapi tak sama.  Ada dua kelompok emak-emak (sayang sekali untuk menyebutnya perempuan, karena mereka dan di luar mereka lebih senang dengan istilah emak emak) yang sedang dipertarungkan.

Ada kelompok pendukung Prabowo, yang meminta Jokowi mundur dengan alasan ekonomi emak-emak.  Di sisi lain, ada kelompok emak emak pendukung Jokowi yang mendukung Jokowi 2 periode.

Yang dulu dan sekarang, dilakukan oleh makhluk dengan jenis kelamin yang sama.  Tapi, ada perbedaan mendasar di antara keduanya.

Dulu, demo perempuan yang berjuang atas dasar landasan yang ideologis.  Bukan karena perempuan sebagai jenis kelamin.  Mereka berjuang berlandaskan kesadaran akan berartinya perempuan dalam mengubah politik yang mafiatistik.

Sekarang, emak emak berdemo demi kepentingan politis kekuasaan pihak lain.  Demo emak emak yang istilah pun mencerminkan kampungan dan tak berkesadaran.

Ada kemunduran yang sangat.  Akankah gerakan perempuan berkesadaran akan berubah menjadi gerakan emak emak kampungan berpolitik kekuasaan rendahan?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun