Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ia Mati

24 Januari 2018   12:57 Diperbarui: 24 Januari 2018   13:47 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ia sudah terbaring kaku, waktu aku datang.  Ia, seperti biasa, tak tersenyum juga tak menangis.  Ia ada diantara keduanya.  Selalu begitu.  Dalam hidupnya memang tak pernah bahagia.  Juga tak pernah sedih.

"Sudah aku bunuh semua rasa sedih dalam hidupku," kata Ia.

"Aku juga telah membunuh tawa," lanjut Ia.

Ia memang hanya punya aku sebagai teman.  Dulu, ia memang punya suami.  Tapi suaminya memutuskan mati lebih dulu.  Mungkin tak tahan dengan sikap ia yang tak pernah sedih dan juga tak pernah bahagia.  

Sebelumnya, ia juga punya ayah dan bunda.  Juga tiga saudara.  Tapi semuanya seakan sudah sepakat satu suara untuk mati dan meninggalkan ia sendirian di dunia.

Dan ia sekarang terbujur.  Ia mati.

Aku tak bisa sedih karena ia memang tak mau ada orang sedih karenanya.  Aku juga tak boleh bahagia karena ia tak suka dengan itu.  Aku menjadi sepertia ia.  Hidup di antara sedih dan bahagia.

Seperti kematian ia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun