Perempuan itu sudah lima bulan tinggal di sebelah kontrakanku. Â Dia mengontrak di situ setelah lama kontrakan itu tak laku-laku. Â Mahal? Â Tidak! Justru kontrakan di sebelah kontrakanku itu merupakan kontrakan paling murah. Â Beberapa bagiannya bocor. Â Sementara yang punya kontrakan tak mau memperbaikinya.
Bukan. Â Sebetulnya bukan karena bocor, maka tak ada yang mau ngontrak di rumah sebelah kontrakanku itu. Â Kata orang, karena aku juga tak pernah tahu persis, alasan sebenarnya karena di rumah kontrakan itu pernah ada perempuan yang bunuh diri.
Sejak kematian bunuh diri itu, tak ada yang mau mengontrak di kontrakan sebelah rumah sebelah kontrakanku.
Karena tak ada yang meninggali, maka rumah itu bocor. Â Dan beberapa bagian, debunya terlalu tebal. Â Dan hawanya lain. Â Seperti ada sesuatu menjalar di kuduk kalau kita lewat di depan rumah kontrakan itu. Â Terutama, saat malam hari.
Perempuan yang selalu terburu-buru yang berni tinggal di rumah kontrakan sebelah kontrakanku.
Tak pernah ada orang lain yang tinggal di rumah kontrakan itu, selain perempuan yang selalu terburu-buru itu. Â Ia tinggal sendirian. Â Walau kalau aku sedang menjemur cucian sering mendengar seperti ada percakapan dari dalam rumah kontrakan tempat perempuan yang selalu terburu-buru tinggal. Â Ada rasa pengin melongok, tetapi selalu aku batalin. Â Tak baik.
Suamiku juga pernah bertanya tentang perempuan yang selalu terburu-buru itu. Â Saya jawab, ia tinggal sendirian. Â Tapi suamiku juga pernah mendengar percakapan di rumah kontrakan perempuan yang selalu terburu-buru itu waktu suamiku keluar malam-malam untuk membeli nasi goreng.
Dan beberapa tetangga juga pernah cerita seperti itu.
Dan sore tadi, polisi banyak datang ke rumah kontrakan perempuan yang selalu terburu-buru. Â Ternyata perempuan yang selalu terburu-buru sudah tergantung menjadi mayat. Â Perempuan yang selalu terburu-buru bunuh diri.
Mungkin perempuan yang selalu terburu-buru capai hidup di kota Jakarta yang ramai ini tapi sendiri dan sepi.