Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Laki-laki Terakhir

19 Januari 2018   09:24 Diperbarui: 19 Januari 2018   09:43 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Laki-laki itu masih berdiri di tempat itu.  Ada tempat duduk kosong, tapi laki laki itu tetap berdiri.  Matanya menatap tajam.  Tapi, kosong.  Seperti sebuah tatapan jauh entah ke dunia mana.

Ini hari terakhir untuk menunggu.  Laki-laki itu yakin jika dia akan datang menemui.  Akan datang.  Pasti datang.

"Tak mungkin dia berkhianat," mungkin kata kata itu yang dalam pikiran laki-laki itu.

Beberapa kali tampak laki laki itu melihat jam tangannya.  Agak gelisah.  Tapi, masih ada harapan di sudut matanya.  Walau tinggal secuil.  Dan laki-laki itu tetap mencoba mempertahankannya.

"Kamu memang laki-laki paling setia," kata teman sekantor laki-laki itu saat tahu kalau laki-laki itu masih setia menunggu dia.

Laki-laki tersenyum sambil menikmati pujian temannya dengan bangga.

"Kuharap dia tahu kalau kau masih setia menunggu," kata temannya lagi sambil mengedipkan mata pada teman lain seperti sedang meledek laki-laki itu.  Laki-laki itu tak tahu.  Dan laki-laki itu hanya mendengar kata-kata temannya itu.  Dan laki-laki itu kembali bangga pada kesetiaan yang selalu dijaganya.

Dan sore ini merupakan hari terakhir.  Dan laki-laki itu adalah laki-laki terakhir.  Sebelumnya juga ada laki-laki yang berhari-hari menunggu di situ.  Dan selalu berakhir dengan kecewa.  Karena yang ditunggu tak pernah kembali.  Dan selalu berakhir dengan berita yang sama, "Ada laki-laki tertabrak kereta".

Saya sendiri tak ingin membuka koran hari ini.  Karena berita itu akan berulang.  Karena laki-laki itu tak lagi berada di tempatnya.  Tempat itu kosong.  Hanya bekas puntung rokok dari laki-laki terakhir sepertinya belum sempat disapu oleh pesuruh stasiun.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun