Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tabungan Pendidikan BNI

23 Agustus 2017   10:09 Diperbarui: 23 Agustus 2017   10:37 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan adalah yang terpenting.

Saya yakin semua orang di negeri ini, bahkan di seantero jagat, akan menyetujuinya.  Tanpa kecuali.  Karena, pendidikanlah yang akan menjadikan seorang anak manusia semakin memanusiawi.  Pendidikan akan menginternalisasi nilai, mengobjektivikasi, dan pada akhirnya akan mengeksternalisasi nilai-nilai itu.

Apakah kesetujuan manusia sejagat terhap arti penting pendidikan diikuti oleh pemersiapan pendidikan bermutu?

Inilah masalahnya.  Kesetujuan belum bisa diartikan sebagai kesadaran juga.  Apalagi kesadaran yang disertai tindakan-tindakan nyata. Kesetujuan terkadang hanya berhenti di tingkat kesetujuan.  Tanpa lebih apa-apa.

Lalu pendidikan hanya seadanya.  Kalau perlu, ya, mengikuti pendidikan gratis.  Memang, bukan masalah gratis dan tidak gratis.  Gratis juga tak masalah, jika pendidikan tersebut memang bermutu.  Kalau pendidikan gratis tapi tak bermutu, terus untuk apa?

Pendidikan untuk anak harus pendidikan yang bermutu.  Sebagai orangtua, kita memang berkewajiban untuk mencarikan pendidikan bermutu bagi anak-anaknya.  Karena ini sebuah kewajiban, maka kalau tidak dilakukan akan mewujudkan sebuah dosa.  Dosa berjangka panjang.

Pendidikan bermutu memerlukan biaya yang tidak murah.  Ada mutu, ada biaya.  Itu pun masih berlaku.  Sehingga orangtua juga harus sadar sesadar sadarnya bahwa pendidikan bermutu berbiaya.  Dari mana pembiayaan pendidikan bermutu didatangkan?

Politik sering untuk kepentingan sendiri dan jangka pendek.  Sehingga kampanye politik lebih sering menjajakan pendidikan gratis sebagai dagangan yang dianggap bisa laku.  Apa akibatnya?  Pendidikan menjadi gratis semua tapi meninggalkan mutu sejauh jauhnya.  Politikus tak peduli.

Orangtua sebaiknya tak terjebak obralan politikus tentang pendidikan gratis.  Kita harus fokus pada pendidikan bermutu.  Dan pendidikan bermutu adalah tanggung jawab pemerintah dan masyarakat.  Masyarakat harus dan harus ikut serta mewujudkan pendidikan bermutu.  Karena, hanya dengan pendidikan bermutu akan terjadi peningkatan kualitas bangsa.

Masalahnya, bagaimana mempersiapkan biaya pendidikan agar anak mendapat pendidikan bermutu?

Pernah saya derita hal ini cukup lama.  Bahkan beraneka asuransi pendidikan saya pelototi brosurnya.  Tapi, tetap saja ragu.  Dan dari beberapa berita tentang asuransi pendidikan, selalu ada masalah, bahkan pembohongan.  Rajin meminta iuran tapi lelet ketika jatuh tempo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun