Mohon tunggu...
Mochamad Rizky Pangestu
Mochamad Rizky Pangestu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis Muda

Saya suka menulis, dan ingin berbagi cerita melalui tulisan-tulisan saya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Sederas Hujan Air Mataku

22 Maret 2021   17:59 Diperbarui: 22 Maret 2021   18:08 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Aku semangat lagi. Seringkali aku berbagi cerita dengan teman yang lain. Kita sama-sama saling menyemangati, berkhayal ketika sudah sama-sama menjadi mahasiswa nanti. Ya, indah memang. Berkhayal tentang masa depan yang indah, tersenyum sendiri, membayangkan jikalau itu benar-benar terjadi.  Begitulah, aku dengan semangatku mengejar mimpiku.

Tiba saatnya. Pembuatan akun sudah dibuka. Aku semangat sekali. Bahkan dari jauh-jauh hari aku persiapkan. Aku ingat terus tanggalnya. Perlu di foto! Aku segera ke studio, mengambil potret dengan harap yang terus mengembang. Akhirnya, aku mulai membuka websitenya, mengisi data dan sukses! aku berhasil membuat akunnya. Tinggal menunggu tanggal pendaftaran SBMPTN saja, oh ternyata masih sangat lama. Kataku tenang.

Ternyata, aku daftar di hari pertama. Raji sekali, kata teman-temanku. Aku terkekeh. Mungkin karena aku terlalu bersemangat, akhirnya akuu menjadi terburu-buru. Tapi, tak apalah, lebih cepat lebih baik, kataku bangga.

Hari-hari berikutnya, aku masih tetap dengan semangat yang menggebu, meski tugas sekolah pun kian numpuk. Aku tetap belajar untuk lulus dari sekolah, dan lolos masuk univeristas. Ah.. aku terlena, terbakar  semangat dan terobsesi akan mimpi.

Hingga pada suatu hari. Diberitahukanlah, jika SNMPTN diberikan pada siswa pilihan sekolah. Untuk sekolah yang akreditasi A memiliki peluang mendaftarakan 80 siswa terbaiknya. Tentunya banyak siswa yang berharap masuk. Begitupun aku. Tapi, segera aku tepis, jangan berharap terlalu tinggi. Lagi-lagi aku begitu. Aku tak mau jika aku menangis dan kecewa nantinya, karena terlalu berharap tinggi.

Tak lama, sekolah memberikan daftar nama siswa yang berhak masuk SNMPTN. Sekolahku akreditasinya A, sudah pasti 80 siswa masuk di dalamnya. Di grup whatsapp, daftar namanya dibagikan, dalam bentul file excel. Kenapa tidak diumumkan di sekolah? Bagaiama bisa, sistuasi pandemi. Bahkan aku sudah dirumahkan sejak april setahun yang lalu.

Aku tak berharap lebih akan SNMPTN itu, bahkan aku pun malas membuka filenya. Sudah pasti namaku tidak masuk di dalamnya. Kataku berburuk sangka. Berhari-hari temanku ramai bertanya. Kamu masuk tidak? Kamu masuk tidak? Ah, malas sekali aku menjawabnya. Lagipula aku memang tidak tahu dan tidak berharap masuk juga. 

Hingga temanku yang begitu penasarannya, membuka file itu, dan tak disangka, ia menemukan namaku di sana! Oh, aku tak pernah berharap bisa masuk. Tapi, ya aku bersykur, senang sekali. Berkali aku ucapkan terima kasih pada Illahi. Aku terlena lagi.

Gegara SNMPTN itu, aku mulai meninggalkan SBMPTN. Aku mulai percaya diri pada SNMPTN. Bukankah dulu aku paling tak berharap akan SNMPTN? ya, tapi kali ini aku kembali terbakar semangat dan mimpi baru. Aku akan lulus SNMPTN! kataku yakin.

Berbagai syarat ku penuhi, ah... aku seperti melayang tertiup angin. Aku mengkhayal lagi, tersenyum sendiri lagi, membayangkan apa yang akan terjadi nanti, indah nian, namaku dinyatakan lulus SNMPTN.

Aku betul-betul percaya kini. Dibarengi dengan do'a tak henti, aku terus bermimpi. Aku pasti lolos! Pasti! Pasti!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun