Mohon tunggu...
M Iqbal M
M Iqbal M Mohon Tunggu... Seniman - Art Consciousness, Writter, and Design Illustrator.

Aktif sekaligus pasif bermanifesto, bermalas-malasan, dan memecahkan misteri. Selebihnya, pembebas dari sebuah ketiadaan, tanpa awalan dan akhiran. Kontak saya di @mochamad.iqbal.m

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pesakitan Sebagai Konsekuensi untuk Pemuda Umur 20an yang Memperjuangkan Kemuliaan-Kemanusiaan.

6 Januari 2021   22:51 Diperbarui: 7 Januari 2021   15:27 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustration by szeptykniei.wordpress.com


Oleh: M.Iqbal.M

"Tulisan ini aku dedikasikan untuk siapapun diluar sana yang masih berjuang, yang mencoba berhenti berjuang, dan yang sudah terlanjur tenggelam dalam pesakitan". --M.Iqbal.M

Sebelum membaca tulisan ini sampai tuntas, perlu diketahui bahwa inti dari hidupnya manusia adalah hasrat untuk berkuasa terhadap hidup. Dan hasrat itu meliputi percampuran antara hal kebaikan dan hal keburukan. Maka dari itu, siapapun yang berusaha memperjuangkan kebaikan/kemuliaan sepenuhnya atau berupaya menjadi pertapa/asketik sepenuhnya, cepat atau lambat akan mendekati penderitaan, pesakitan, atau kematian. Sekian pengantar/prolog untuk meneruskan membaca tulisan ini. Sekarang silahkan membaca tulisan ini sampai akhir. Selamat membaca.

Adalah kewajaran jika di usia 20'an mengalami berbagai macam cobaan, dilematis, dan pesakitan, demi memperjuangkan "kemuliaan-kemanusiaan" atau sebuah altruistik penuh. Namun, jika kau sudah berada di titik ketidakmampuanmu. Maka, segeralah meninggalkan dinamika itu, dan beralih lah menjadi seorang yang lebih santai dan menikmati alur. Tak perlu banyak berpikir, dan aturlah mindsetmu kepada optimisme bahwa dunia hari esok akan indah dengan sendirinya.

Mulailah pikirkan nasibmu sendiri, bukan hanya kemaslahatan orang lain. Sebelum semuanya terlambat menjadi pesakitan fisik yang ditimbulkan oleh psikis, afeksi dan kognitif yang terlalu banyak berpikir serta menanggung beban kemuliaan. Sebuah pesakitan yang mulai menggerogoti tubuhmu.

Ketahuilah bahwa ketika kau mendapati bahwa semua upayamu itu tak terwujud, dan hanya menghasilkan efek samping berupa kesepian, kesendirian, dan kebuntuan, maka itu artinya rambu tanda bahaya sudah menyala, dan segeralah mencari relaksasi untuk merubah tubuhmu agar menjadi tubuh yang normal (manusia biasa) lagi. Atau jika kau terus-menerus dihantui oleh alam bawah sadarmu yang sudah terbiasa "memberontak", maka segeralah merehabilitasi diri sendiri dengan cara meditasi/merelaksasi sedalam-dalamnya agar kau bisa menjadi seorang yang tidak terlalu "memberontak".

Ketahuilah bahwa mencoba menjadi martir itu tidak mudah. Kau harus menghadapi ketidakpastian yang memusingkan. Sebab tak masalah kalau menjadi martir itu sudah pasti cepat bertemu dengan kematian yang memerdekakan/kemerdekaan yang mematikan, tapi jika tidak bagaimana ?, yang ada nantinya malah kau tetap menjalani hidup dengan penderitaan yang teramat dahsyat, karena menanggung pesakitan dalam jangka waktu lama. Kau menjadi tubuh yang tidak kunjung mati, tapi juga tidak sepenuhnya hidup. Kondisi semacam itulah yang akan memusingkanmu.

Sebuah kondisi dimana maksud hati ingin menjadi martir sehingga dapat menuntaskan segala masalah demi kemuliaan, tapi yang ada justru kau tetap hidup dalam masalah yang bertambah lebih besar. Sebuah masalah tentang pesakitan yang akan kau tanggung sampai hari tua tiba. Pesakitan yang sungguh memusingkan dan membosankan.

Jadi, daripada kau bertemu kondisi antara tidak mati dan tidak hidup, mending kau memaksimalkan hidupmu dengan cara nikmatilah hidupmu secara santai dan cenderung mengalir mengikuti alur. Jika kamu tidak ingin menjadi martir yang sia-sia (sebenarnya belum tentu bisa disebut sia-sia). Maka, nikmatilah hidupmu yang sekarang. Rangkul lah semua fenomena yang menerpa di hidupmu yang sekarang ini. Itu artinya, kau akan hidup menjadi sintesis/seimbang (tak terlalu memperjuangkan kebaikan, tapi juga tak terlalu menjadi buruk). Hal ini terdengar klise, tapi memang jika ingin hidup "cukup nyaman", maka solusinya hanya hidup dengan keseimbangan semacam ini.

Terlepas dari itu semua, jika kau sudah terlanjur menjadi pertapa/asketik dan tenggelam dalam sebuah pesakitan yang tidak bisa kau pulihkan lagi, maka tetap nikmatilah pesakitan itu, tetaplah berbahagia dengan apa yang menimpamu. Karena memang sejatinya hidup itu absurd dan tidak masuk akal. Yang melakukan kebaikan akan dicemooh/didiskriminasi oleh orang banyak sekaligus akan menjadi sakit psikis dan fisik. Sedangkan yang melakukan kejahatan akan sulit dicari celahnya untuk dicemooh/didiskriminasi dan justru hidupnya menjadi serba mudah dan nyaman. Lihat saja sudah banyak contoh sejarah yang menceritakan kisah orang-orang mulia yang berakhir dengan naas/menderita.

Itu artinya, sungguh hidup tidaklah asik jika belum mengalami sebuah pesakitan hasil dari memperjuangkan kemuliaan-kemanusiaan. Dan tetaplah berbahagia dengan penyakitmu kawan !. Itulah keunikanmu, sebab sejatinya, setiap orang itu unik !, Biarkan saja orang-orang disekitarmu yang tidak tahu apa-apa tentang hidupmu yang sebenarnya !. Sebab sejatinya, semua orang yang masih hidup nyaman di dunia ini ialah orang-orang yang teramat pengecut !, Ya ! Memang selama ini sejarah dunia peradaban manusia adalah sejarah yang 50% nya dibuat/dilestarikan oleh orang-orang pengecut !. Dan 50% nya adalah orang-orang yang beruntung masih bisa keluar dari jurang pesakitan pada umur 20'an.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun