Universitas Negeri Malang tahun ini berjalan santai. Tidak ada ketentuan yang memberatkan, hanya fokus pada pemahaman materi, bukan hal lain yang terkesan aneh-aneh.
Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB)PKKMB atau yang lebih akrab dengan sebutan OSPEK merupakan sebuah kewajiban yang harus diikuti setiap mahasiswa baru saat akan memasuki kuliah. Sudah menjadi rahasia umum, Ospek memiliki kenangan yang tidak mengenakkan bagi siapapun yang pernah merasakannya. Zaman telah berlalu, harus diakui bahwa Ospek memang tak sekejam dulu yang penuh perpeloncoan. Namun, bukan berati budaya buruk itu hilang begitu saja.
Contohnya kasus yang sempat viral beberapa waktu lalu. Ya, video Ospek daring di salah satu perguruan tinggi di Surabaya. Dalam video itu, nampak jelas senior yang membentak juniornya karena tidak menggunakan ikat pinggang. Padahal, tata tertib menyatakan bahwa ikat pinggang tidak diwajibkan. Selain itu, pelaksanaan Ospek di salah satu universitas di Bengkulu pun masih melakukan praktek senioritas. Bayangkan saja, meskipun dilakukan secara daring, sang senior menyuruh adik tingkatnya untuk berdiri selama 2 jam dan mencorat-coret wajahnya sendiri.
Tentunya saja, pelaksanaan Ospek semacam ini mendapat kritikan pedas dari netizen. Dalam akun instagram @trending.buzz yang membagikan video tersebut, banyak komentar kecaman atas terjadinya peristiwa itu. Di luar sana, mungkin masih banyak lagi kasus serupa yang sayangnya tak dapat jatah untuk viral.
Lalu, bagaimana dengan pelaksanaan Ospek di Universitas Negeri Malang yang katanya univeristas mahasantuy? Tunggu tunggu, mengapa UM sering disebut universitas mahasantuy?
Salah satu jawabannya adalah karena UM memberlakukan pembobotan SKS mata kuliah yang diekuivalensi dengan kegiatan mahasiswa di luar kampus. Selama berkuliah, mahasiswa bisa saja mengambil cuti panjang tapi tetap lulus, contohnya saja Bayu Skak. Pemain film "Yowes Ben" ini pernah cuti kuliah selama 7 semester, yang seharusnya sudah Drop Out. Namun, pihak kampus memberikan kesempatan dengan "menukar" karya yang dihasilkannya dengan SKS mata kuliah yang harus ditempuhnya. Hasilnya, karya film berbahasa Jawanya itu itu bisa membuat Bayu Skak lulus tanpa harus mengerjakan tugas akhir.
Kembali pada konteks Ospek. Tahun ini UM menyelenggarakan PKKMB selama 4 hari, yakni pada 21-24 September lalu. Sama seperti kebanyakan kampus lain, PKKMB dilakukan secara daring karena pandemi Covid-19. Lalu, apa yang membedakan pelaksanaan PKKMB di UM dengan perguruan tinggi lainnya? Mengapa bisa dikatakan Ospek santuy?
Ternyata, PKKMB UM tahun ini dilakukan secara asinkron. Artinya, mahasiswa baru berkomunikasi secara daring yang terhubung secara tidak langsung. Jadi, pada saat pelaksanaan PKKMB yang dimulai pada 21 hingga 24 september, mahasiswa baru dapat memilih waktunya sendiri yang dirasa tepat untuk mempelajari materi dan mengerjakan tugas. Selama masih pada waktunya, peserta dapat memilih Ospek kapan saja, sambil melakukan aktivitas yang lainnya. Santuy, bukan.
Tidak ada proses tatap muka baik daring maupun luring antara peserta dan panitia PKKMB. Semua kegiatan hanya dilakukan menggunakan situs resmi PKKMB, tidak perlu menggunakan platform video conference seperti Zoom dan Google Meet.Oleh karena itu, para peserta juga tidak perlu untuk menggunakan dresscode. Coba bandingkan dengan perguruan tinggi lain yang harus mengatur cara berpakaian, atribut, dan harus selalu siap selama kamera video conference masih hidup untuk menyimak materi. Di samping itu, sistem ini dapat menghemat pengeluaran kuota internet mahasiswa, apalagi bantuan paket data dari pemerintah belum sepenuhnya tersalurkan.
Ke-santuy-an tidak sampai disitu saja. Tidak ada tugas yang berlebihan dan aneh-aneh, seperti membuat video dan memostingnya di instagram, apalagi membuat akun Youtube untuk tugas PKKMB. Kewajiban yang diberikan pada peserta PKKMB hanyalah mengunduh dan mempelajari materi dan kemudian mengerjakan tugas evaluasi. Materi yang diberikan terdiri dari 3 macam, yakni video penjelasan, PPT, dan suplemen yang berupa PDF atau Word. Sedangkan untuk isi materi sangat beragam dan berjumlah belasan, mulai dari cinta tanah air, anti korupsi, pengenalan kampus, pengenalan fakultas dan jurusan, hingga organisasi mahasiwa.
 Apa yang diberikan panitia sangat memanjakan peserta. Materi-materi yang diberikan dirasa cukup untuk membekali mahasiswa baru agar bisa beradaptasi dengan kehidupan kampus. Tugas evaluasi pun bisa dibilang ringan, yakni hanya berupa beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan materi sebelumnya. Tugas inilah yang menjadi penilaian untuk menentukan lulus atau tidaknya peserta PKKMB.