Mohon tunggu...
Moch Shofwan
Moch Shofwan Mohon Tunggu... Dosen - Seorang Dosen, Peneliti, dan Penulis

Moch. Shofwan adalah seorang pendidik muda, menamatkan jenjang sarjana pendidikan lulus tahun 2012 di Universitas Negeri Surabaya, kemudian mengambil jenjang Master of Science lulus tahun 2014 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pendidikan Seolah-olah

26 Oktober 2017   14:10 Diperbarui: 26 Oktober 2017   14:14 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pendidikan merupakan modal dasar bagi insan manusia untuk membuka dan mengembangkan potensi diri, akal dan nurani yang mendapatkan asupan seimbang berdampak pada pola piker manusia yang dapat membedakan mana yang haq dan mana yang bathil. Apa bedanya manusia dengan hewan jika anugerah akal ini dibiarkan tanpa ada upaya untuk meng-upgrade budi pekerti ini. Pendidikan memiliki peran sentral dalam memajukan harkat dan martabat suatu Negara, Negara ini dapat sejahtera dan IPM (Indeks Pembangunannya Manusia) nya tinggi karena goresan-goresan pendidikan dan ilmu pengetahuan yang menancap pada rakyatnya secara merata dan bukan milik golongan tertentu saja.

Saat ini para praktisi pendidikan dan perguruan tinggi di elit negeri lagi disibukkan dengan semboyan pembangunan karakter, apakah ini hanya hegemoni sesaat atau merupakan titik balik melihat kondisi pendidikan anak negeri yang sudah tidak sesuai dengan amanah pancasila. Tentunya kita semua bertanya-tanya, apakah ini hasil didikan kita yang menganut paham bahwa intelektualitas lebih penting ketimbang moralitas. Apakah saudara semua yang kami hormati masih ingat dengan kaisar Hirohito saat Jepang terkena tragedi hebat bom atom, Sang kaisar hanya bertanya satu pertanyaan, berapa pendidik yang masih hidup ??? Tentunya kita semua sadar peran pendidik dalam memajukan generasi hebat berasal dari pendidik yang hebat.

Terus mengapa ada istilah pendidikan seolah-olah!!! Prof. Zainuddin Maliki dalam Seminar Sehari Pendidikan Karakter Kader Bangsa yang digagas oleh LPIK Universitas PGRI Adi Buana Surabaya yang digawangi oleh Bapak Drs. Djoko Adi Walujo, ST., MM., DBA (Rektor) dan Bapak Prof. Gempur Santoso, M.Kes. menegaskan bahwa seharusnya sarjana-sarjana ekonomi itu mengerti investasi, tapi mengapa masih ada sarjana ekonomi yang masih miskin, padahal dalam hukum investasi berlaku orang akan mengeksploitasi keuntungan sebesar-besarnya dari hasil investasi. 

Pertanyaannya apakah selama ini pendidikannya selama kuliah  seolah-olah, dosennya juga seolah-olah, kurikulumnya juga seolah-olah, dan praktik lapangannya juga seolah-olah sehingga sarjana tersebut tidak berani mengambil peran secara nyata. Kasus kedua masih hangat dalam ingatan kita bahwa minggu ini kita digemparkan dengan sekumpulan adek-adek kita di Sekolah Dasar di Trenggalek yang rame-rame berpesta Vapor ria, dengan kepulan asap yang sangat miris bagi siapa saja yang melihatnya. 

Pertanyaannya apakah selama ini kurikulum pendidikan kita yang terlalu hebat sampai tidak ada konten akhlaqul karimah, atau para gurunya yang belum sejahtera sehingga disekolah hanya menggugurkan kewajiban mengajar tanpa ada beban tanggungjawab mendidik moral anak negeri ini. Apakah selama proses belajar-mengajar hanya seolah-olah mengajar. Wallohu a'lam. Mari kita bergerak bersama karena sejatinya manusia diwajibkan terus berikhtiar dan bertawakkal. (Shofwan, 2017)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun