Mohon tunggu...
Mo Meimus
Mo Meimus Mohon Tunggu... Freelance engineer, freelance teacher, freelance writer. -

Pseudonym of Utomo Priyambodo. Seorang pemalu, tapi tidak suka memukul dengan palu. Tidak suka dianggap sebagai pengarang, apalagi pembuat arang. Email: mo.meimus@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lelaki Gimbal yang Kelaparan

3 November 2016   17:38 Diperbarui: 3 November 2016   17:48 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber gambar: tribunnews.com)

Lelaki gimbal itu merasa kelaparan seperti ingin mati. Namun, belum tiba saatnya untuk ia mati. Manusia bisa mati lantaran kekurangan air. Namun, kelaparan hanya akan membuatnya sakit dan menderita. Sial atau beruntung, ia masih bisa menemukan air di mana-mana. Air keran, air hujan, air genangan lubang jalan, maupun air comberan. Tenang, lelaki itu masih cukup cerdas untuk memilih meminum air hujan dan air keran ketimbang air comberan.

Ia merasa ususnya seperti ingin meledak. Bergerak-gerak di dalam rongga perutnya seperti ular, kemudian melilit lambungnya. Semakin ia lapar, semakin ia merasa bahwa usus dalam tubuhnya menekan-nekan dan membuat lilitannya semakin kuat pada lambungnya. Sewaktu-waktu, perutnya bisa meledakkan isi lambungnya yang hampa.

Ia ingin mati, tapi kelaparan hanya membuatnya lemah. Ia tak mau meminta-minta meski kelaparan membuatnya menderita. Satu-satunya cara untuk melindungi harga dirinya adalah dengan mengambil sedikit milik orang lain tanpa meminta-minta kepada mereka, tanpa membuat mereka miskin pula. Ia mencuri diam-diam. Tangannya selalu bergetar setiap kali ia meraih barang yang bukan miliknya. Selain karena lapar, getaran tangan itu menunjukkan bahwa ia bukanlah pencuri profesional. Ia masih memercayai nilai-nilai baik dalam hatinya. Pencurian demi pencurian itu ia lakukan karena terpaksa.

Lagi pula, ia tidak mencuri banyak. Ia tetap kelaparan meskipun telah mencuri. Ia hanya mengambil beberapa buah dan sayuran di sela-sela ramainya kegiatan tawar-menawar antarpembeli dan pedagang di pasar. Ia tidak mencuri ikan maupun daging mentah karena ia tak punya minyak untuk memasaknya. Dan, ia tak pernah punya ide untuk memakan daging mentah dengan harus mencium bau anyirnya. Paling hebat ia pernah memakan tempe mentah padat untuk sedikit mengenyangkan perutnya.

Lelaki itu tak punya tempat tinggal. Ia telah lama berpisah dengan keluarganya –ia bahkan tidak ingat apakah ia masih memiliki keluarga. Kalau ia mati, paling-paling jasadnya hanya akan dijadikan bahan praktik bedah mahasiswa-mahasiswi kedokteran atau dimakamkan pihak pemerintah kota dengan tulisan pada patok kayu yang berbunyi ‘Tak Dikenal.’

Sedikitnya 110 orang meninggal di ibu kota setiap hari. Dari jumlah itu, tidak semuanya terdaftar sebagai penduduk kota tersebut. Banyak yang identitasnya tak dikenal, seperti ia misalnya.

Kalau musim hujan sedang deras-derasnya, ia tidur di emperan toko yang agak luas, di sisi pojok terjauh dari jalan. Kalau musim kemarau tiba, ia terbiasa tidur beratapkan langit secara langsung. Lampu kamarnya adalah gemintang dan pendingin ruangannya adalah angin malam. Kebanyakan orang menganggapnya sebagai orang gila. Namun, sesungguhnya ia masih memiliki sedikit kewarasan meski hidup secara menderita. Dikatakan memiliki sedikit, sebab lelaki itu lebih menikmati penderitaannya ketimbang berusaha mencari kesenangan dalam hidupnya. Jangan coba menyuruh lelaki itu memilih jalan hidup lain apabila kenyataannya ia justru menikmati kehidupannya yang penuh dengan penderitaan.

Satu-satunya kesenangan yang tampak ia nikmati hari-hari ini adalah sisa puntung rokok –yang belum terlalu pendek dengan api yang masih menyala– yang dibuang orang. Kalau ia melihat ada orang yang membuangnya, ia akan dengan senang hati memungut dan melanjutkan isapan rokok orang lain itu. Asap rokok yang keluar dari mulutnya akan membuatnya berkhayal tentang banyak hal. Ia sering bereksperimen dalam mengembuskan asap rokok. Selain membentuk bulatan asap, ia juga biasa membentuk seekor kuda dan pesawat dalam embusan asap rokok tersebut, meski orang lain tak bisa melihatnya. Orang-orang hanya melihatnya sebagai orang gila yang sering tertawa sendiri sambil merokok dan sesekali berteriak, “Kuda asap! Pesawat asap! Bintang asap!”

Sebenarnya ia pernah merasakan kesenangan lain dalam hidupnya, yakni pengalaman mencintai seorang perempuan. Namun, itu dulu, bertahun-tahun lalu, sebelum ia menjadi gelandangan seperti sekarang. Ia menganggap perempuan itu sungguh beruntung karena berhasil membuatnya jatuh hati. Hanya perempuan beruntung yang bisa mendapatkan cinta darinya. Namun, tidak begitu dengan apa yang dipikiran si perempuan.

Si perempuan merasa begitu sial karena ada lelaki kere dan buruk rupa yang tergila-gila padanya. Lelaki itu tidak terlalu jelek sebenarnya. Hanya saja ia tidak pernah mengurusi rambutnya hingga menjadi gimbal dan membiarkan gigi-giginya menjadi kuning karena tak pernah ia sikat.

Di masa lalu, lelaki gimbal itu masih memiliki tempat tinggal berupa rumah kontrakan kecil yang biaya sewanya mampu ia bayar dari hasil kerjanya sebagai kuli panggul di pasar. Namun, ketika perempuan yang ia cintai itu akhirnya menikah dengan lelaki lain, –salah satu motivasi perempuan itu menikah adalah untuk membuat lelaki kere dan buruk rupa itu tak lagi berusaha mendekatinya– lelaki gimbal itu mulai kehilangan cahaya dalam hati dan kedua matanya. Rambutnya semakin gimbal tak terurus dan deretan giginya semakin kuning karena ia mulai memakan sisa-sisa makanan yang sudah orang lain anggap sebagai kotoran dan sampah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun