Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Wasiat Sang Pemisah

9 Mei 2016   10:13 Diperbarui: 4 Maret 2019   14:39 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Umar bin Khattab - sumber: http://dmi.or.id

Ia adalah kultus kepahlawanan. Penghunus pedang paling mematikan dan Singa Padang Pasir paling dihormati sekaligus peminum anggur paling berat.  Ia terlahir dari kelas menengah yang pandai baca tulis. Selain menyandang pedang dan membela berhala dengan sengit, ia juga berbicara dalam bahasa sastra yang indah khas padang pasir.

Umar bin Khattab adalah jawara tanah Arab. Sudah banyak yang ia bunuh atau terputus anggota tubuhnya. Di satu sisi ia adalah sastrawan paling indah frasanya. Orang Padang Pasir bicara dengan lantunan kalimat mengagumkan dan rumit yang sebagian dipetik dan disebarkan secara lisan dari bacaan – bacaan epik misalnya sastra kepahlawanan perang antarsuku yang haru biru. Mereka tidak berbicara kecuali di dalamnya ada sastra. Setara zaman, di masa itu hanya seujung kuku orang di jazirah Arab yang mengenal literasi, salah satunya adalah Umar.

Di sinilah kemahaindahan sastra Alquran memainkan perannya. Umar yang sudah maestro dan mengenal segala lekuk keindahan prosa Arab tersimpuh berlinang air mata ketika ia merampas dan membaca potongan surat Thoha ayat 1 sampai 8 dari adik perempuannya, Fatimah binti Khattab. Seumur hidup ia belum pernah membaca lantunan kalimah seindah itu. Umar terguncang, padahal beberapa jam sebelum itu ia telah mengumumkan untuk membunuh Nabi Muhammad.

Doa Baginda Rasulullah terkabul. Muhammad SAW berdoa kepada Rabb-nya, jika bukan Abu Jahal pamannya yang akan memperkuat Islam maka berikan hidayah itu kepada Umar bin Khattab. Umar masuk Islam sedang Abu Jahal menjadi penentang yang nyata.

Sejak Umar memeluk Islam maka segalanya berubah. Dia tidak hanya memperkuat sendi dakwah Rasulullah, tapi tabiatnya berubah total. Umar kemudian dikenal sebagai sahabat nabi yang memiliki reputasi sangat baik dalam strategi perang. Rasulullah pun menganugerahinya gelar Al Faruqyang berarti orang yang mampu memisahkan antara kebenaran dan kebatilan.

Ketika menjadi khalifah menggantikan Abu Bakar Asshiddiq, Umar semakin menampakkan kualitas pribadinya. Imperium Islam tumbuh pesat. Umar mengambil alih Mesopotomia dan sebagian Persia dari tangan Dinasti Sassanid kemudian Mesir, Palestina, Syiria, Afrika Utara dan Romania dari kekaisaran Romawi (Byzantium). Saat itu ada dua negara adidaya yakni Persia dan Romawi, tapi keduanya berhasil ditundukkan Umar. Michael H Hart menempatkan Umar pada urutan ke 51 dari 100 tokoh paling berpengaruh dalam Sejarah. Urutan pertamanya adalah Muhammad Rasulullah.

Dengan cahaya Islam, negeri – negeri di bawah kepemimpinan Umar diperlakukan sangat adil. Muslim memperoleh haknya demikian pula bagi non muslim. Saat yang lain sedang mendengkur, ia merayap malam – malam untuk menyaksikan langsung keadaan rakyatnya. Jika ada yang kelaparan, secepat kilat Umar mengantar sekarung gandum tanpa saksi mata. Blusukan zaman sekarang jangan pernah disebut - sebut untuk setanding dengan Umar, apalagi jika tidak ikhlas hanya untuk memburu sorot kamera.

Umar adalah sosok pemimpin teladan sepanjang masa. Ia adalah Sang Pemisah, yang mempu memisahkan yang hak dan yang bathil. Pernah suatu ketika ia melihat kondisi jalan yang rusak, Umar berkata, “Aku akan segera perbaiki jalan itu. Sebab aku takut dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah nanti, hanya karena ada unta yang terjungkal”.

Ketika sedang berada di ruang kerja khalifah yang dibiayai oleh negara, Umar segera mematikan lampu, jika yang datang adalah anak atau kerabatnya untuk kepentingan pribadi. Haram bagi Umar untuk memakai setitikpun fasilitas negara untuk kepentingan pribadi dan keluarga. Umar adalah Sang Pemisah antara yang hak dan yang bathil, antara yang benar dan yang salah, dan terus menerus menjadi wacana kekaguman publik, tapi hampir tidak pernah ditiru.

Semenjak menjadi Islam, sastra tutur Umar semakin halus dan berkelas. Tidak memaki dan mencela. Tidak meninggikan suara dan memotong bicara. Sebagaimana wasiatnya: Jika engkau ingin mencela seseorang maka celalah dirimu sendiri. Karena sesungguhnya engkau tidak mengetahui kekurangan seseorang yang terbanyak melebihi dirimu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun