Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rumpun Melayu dalam New World Order

14 Juni 2022   09:43 Diperbarui: 14 Juni 2022   10:30 635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: i.ytimg.com

Begitu menapakkan kakinya di bumi Nusantara, Franciscus Xavierus, misionaris besar Portugis yang pernah datang ke Tanah Air segera menjalankan misinya. Namun tidak ada bahasa pengikat paling cair dan terstruktur yang dapat diserap dengan cepat oleh penduduk lokal bahkan di gugus paling timur, Ambon, Ternate, dan Halmahera, selain bahasa Melayu.

Menurut catatan Arthur Hyman dalam Philosophy in The Middle Ages: The Christian, Islamic, and Jewish Traditions (New York: Harper & Row, Publishers), sepanjang 1546 hingga 1547, Xavierus telah menyebarkan Katolikisme di antara penduduk bagian timur Nusantara tersebut dengan menerjemahkan buku Credo, Confession Generalis, Pater Noster, Ave Maria, Salve Regina, dan Sepuluh Perintah Tuhan ke dalam bahasa Melayu.

Kitab-kitab berbahasa Melayu ini sepertinya telah lebih cepat puluhan tahun ketika Hamzah Fansuri (1589--1604) menulis Syair Burung Pungguk atau prosa Asrar al-Arifin di bagian paling barat pulau Sumatra. Justru tinggalan manuskrip Hamzah Fansuri, terus menjadi pegangan empiris para pakar Bahasa dalam cakap-cakap superfisialitas tentang asal mula Bahasa (Melayu) Indonesia.

Telah disaksikan oleh dunia di abad pertengahan, bahwa Melaka yang berbahasa Melayu telah menjadi episentrum ekonomi rempah global bahkan sebelum Eropa menurunkan ekspedisinya. Melaka disebut Tome Pires (1515) mampu mengalahkan gemerlap Venezia, sebuah bandar dagang dunia paling historical tempat Marco Polo dilahirkan. Melaka adalah etalase bagi jantung perkebunan rempah Maluku. Kemiripan nama antara keduanya bisa saja menjadi enigma.

Ini adalah soal tumbang dan tumbuhnya sebuah imperium. Ketika rezim baru bangkit -biasanya melalui revolusi- maka ia dengan sendirinya akan mengubah semua peradaban mencakup hukum, budaya, bahasa, dan sistem finansial. New World Order adalah titik nol kilometer dengan pembersihan Tatanan Dunia Lama.

Dibanding betapa kecilnya peta Eropa, bahasa Melayu kala itu telah menjelajah lebih luas dari apa yang pernah berlangsung atas Bahasa Inggris. Tapi sejarah selalu ditulis oleh pemenang, sementara Melayu berada di luar atau tidak dicatat sebagai pelaku dalam siklus Tatanan Dunia Baru (New World Order) atau Novus Ordo Seclorum. 

Saya ingin menjauhkan istilah ini dari Teori Konspirasi yang berkaitan dengan Illuminati dan Fremasonry atau ramalan akhir zaman dan kemunculan Dajal. Tatanan Dunia Baru di sini adalah tentang pola berulang atau siklus dalam bentukan peradaban dunia.

Ini adalah soal tumbang dan tumbuhnya sebuah imperium. Ketika rezim baru bangkit -biasanya melalui revolusi- maka ia dengan sendirinya akan mengubah semua peradaban mencakup hukum, budaya, bahasa, dan sistem finansial. New World Order adalah titik nol kilometer dengan pembersihan Tatanan Dunia Lama.

Seperti dipetakan oleh Ray Dalio, penulis buku The Changing World Order. Ia telah meneliti periode ekonomi dan politik paling bergejolak dalam sejarah untuk mengungkapkan mengapa zaman di depan kita kemungkinan besar akan sangat berbeda dari yang pernah kita alami dalam hidup. Dan untuk menawarkan saran praktis tentang cara menavigasinya dengan baik, Dailo berhasil mengidentifikasi metrik dari sejarah itu yang dapat diterapkan untuk dipahami hari ini.

Pola New World Order, terjadi secara pasti dan berulang setiap 100 tahun sekali dengan masa transisi 40 tahun, dan dalam pengamatan siklus besar selama tiap 500 tahun. Dimulai dari bangkitnya imperium, kerajaan atau negara baru yang keluar sebagai pemenang dalam sebuah kompetisi global.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun