Bila tidak ada demokrasi yang mengatur secara paksa, petahana akan berkuasa selama masih bernafas, tak ada segan menyegan atau basa basi dalam politik kekuasaan. Oligarki selalu mencari akal untuk memanjang-manjangkan umur rezim dengan narasi error mereka.
Demokrasi dijalankan dengan menabrak logika, etika, dan estetika secara sekaligus. Sebagai Zeus di bumi, mereka menyiapkan Apollo sang putera mahkota, kalau-kalau kekuasaannya dirusak oleh para politisi Spartan. Zeus boleh tumbang, tapi Apollo akan meneruskan dinasti atau paling tidak satu irisan dari kekuasaan.
Sebagai ayah para dewa, Zeus menginginkan yang terbaik untuk putera mahkotanya, tidak untuk menjerumuskannya. Kekuasaan itu sangat hedon, seorang ayah (bahkan oleh ibu untuk anak perempuannya) paham betul dengan ekstase kekuasaan yang pernah ia rasakan, sehingga harus juga dirasakan oleh anak biologisnya.
Maka demokrasi ala feodal dan politik dinasti melenggang kangkung di atas altar suci demokrasi tanpa ada rasa bersalah, bahkan malu.
Politik dinasti adalah cara klasik yang seringkali dimaafkan untuk merampok kesempatan orang lain dalam kontestasi demokrasi. Tidak ada dalil yang dapat membenarkan lelaku ini baik secara logika, etika, dan estetika dalam domain demokrasi.
Demokrasi diterjemahkan secara banal sebagai kontestasi dan orkestrasi belaka. Demokrasi lahir untuk membatalkan monarki, bukan menyamarkannya. Dan siapapun yang mengaku menjunjung demokrasi hari ini, mereka telah berdusta, atau bahkan tidak pernah tahu bahwa mereka berdusta.
Kondisi bernegara di manapun selalu serba tanggung. Tanpa diganggu oleh oligarki dan feodalisme, demokrasi sendiri punya titik lemah.
Demokrasi tampak moderat karena  mendahulukan keterwakilan (rakyat) tapi ia mengabaikan kepakaran. Selalu ada celah bagi masuknya kenaifan ke dalam sistem sebagai hasil menggelikan dari proses elektoral.
Sedangkan aristokrasi atau republikan, yang konservatif dan waskita, lebih mengutamakan kepakaran tapi mengabaikan keterwakilan. Mereka menutup celah bagi kelas inferior untuk memasuki wilayah kekuasaan.
Andai keduanya, demokrasi dan aristokrasi berada pada campuran yang tepat dengan membuang unsur minornya, kita sedang memasuki kondisi ideal sebenarnya. Tapi apa? Sedangkan Apollo akan kembali membangun rezim untuk Apollo berikutnya. ~MNT Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â