Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Rezim Apollo, Analogi Demokrasi Kita

1 September 2021   20:20 Diperbarui: 14 September 2021   18:27 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Apollon and the Nymphs (Franois Girardon - Marble)

Penyair Yunani kuna Hesidos berlagak, tidak satupun daun jatuh di Athena tanpa diketahui oleh Zeus. Tapi apa, the big boss para dewa dari gunung Olimpus ini akhirnya dimakzulkan.

Begitu Romawi membantai Yunani, Zeus dilucuti, diganti dengan Jupiter. Bahkan seluruh oligarki dari rezim langit Yunani ditumbangkan. Kecuali Apollo.

Semisal dewa cinta Aphrodite ditukar dengan Venus, dewa perang Ares menjadi Mars. Ada 12 dewa Yunani yang harus memasuki masa pensiun muda, di antaranya Hera, Artemis, Demeter, Hephaistos, Hermes, Athene, dan Dionysos.

Dengan sendirinya putera Zeus, Herakles segera dipecat dan digantikan dengan Hercules. Glorifikasi Romawi sangat kuat, sehingga seluruh dunia hanya mengenang Hercules, padahal dia adalah Herakles yang lain. Meski paling epik, Hercules hanya setengah dewa, ibunya gadis bumi bernama Alkmene.

Berbeda dengan Apollo. Dia adalah putera Zeus yang lain dari dewi Leto. Dari seluruh anggota kabinet Zeus, Romawi hanya menyisakan Apollo. Dewa diva seni, medis, dan penyair ini tak ada padanannya di Romawi sehingga ia tetap disembah.

Apollo juga menjadi perlambang puncak peradaban manusia ketika berhasil menjejak bulan. Namanya ditancapkan pada proyek gingatis NASA, program Apollo pada 1960-an, dan sebuah kawah di bagian selatan bulan yang juga disebut Apollo.

Keruntuhan rezim Zeus adalah analogis. Setiap rezim akan tamat pada waktunya meski mereka menyandang kekuatan setingkat dewa. Kita telah banyak melihat contoh, rezim-rezim kuat di bawah atmosfer yang porak poranda di tengah jalan. Akibat begitu lama berkuasa dengan cara paksa.

Tidak juga ada yang baik-baik saja dengan rezim yang absolut. Power tends to corrupt, and absolute power corrupts absolutely, kata John Edward Dalberg alias Lord Acton. Kekuasaan cenderung korup dan kekuasaan yang absolut korup secara absolut.

Untuk itu demokrasi menjadi penting, agar ada perguliran kekuasaan. Tapi apa, para penguasa melihat dirinya seperti Zeus, ingin berkuasa selama ia bisa. Oligark yang mengelilingi istananya, lebih ingin hal yang sama.

"Saya tidak tertarik mempertahankan status quo, saya ingin menggulingkannya," demikian Niccol Machiavelli mengingatkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun