Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Dark Humor Tanda IQ Tinggi?

4 Juli 2020   10:36 Diperbarui: 5 Juli 2020   20:45 829
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tertawa (Sumber: townnews.com)

Kehilangan rasa humor tidak lebih horor ketimbang gagal tertawa. Gagal ketawa itu fatal. Secara teknis tidak ada kerja sama antara otak dan otot wajah. Tertawalah untuk humor terbaikmu, suntikkan endorfin bila perlu, karena ada yang bilang, tidak ada humor di surga.

Artinya humor hanyalah trik untuk menutupi kepedihan dunia. Tragedi adalah pemenang dan kita adalah para juri yang memenangkannya. Tawa juga tentang subyektifitas dan kualitas otak. Film - film Hollywood menyelipkan dialog pendek dengan humor standar tinggi di antara ledakan dan runtuhan, bahkan di depan kursi listrik.

Di kita, humor acap kali muncul melalui visualisasi dan body shaming - yang mestinya terlarang dan bermutu rendah. Charlie Chaplin dan Mr Bean mengandalkan visualisasi, tapi bukan itu yang saya maksud.

Diambil dari Fimela, peneliti dari Austria dalam jurnal Personality and Individual Differences menemukan bahwa orang-orang yang lucu, terutama mereka yang menyukai dark humor atau guyonan yang agak sarkas dan pedas, biasanya memiliki IQ yang lebih tinggi daripada orang yang pemurung dan memilih cara lain untuk tertawa atau tidak.

Filosof kadang memakai puisi jenaka, lebih mirip pantun untuk menempatkan argumentasinya. Seperti J.L. Austin kala menyerang teori persepsi lewat Sense and Sensibilia, itu mirip sebuah permainan kata yang menghibur.

Humor adalah tentang cara melihat komedi di jalur tragedi. Tragedi adalah pita lebar absolut yang terus terbentang, sedangkan komedi adalah cara untuk menyintas. Tertawa adalah pertahanan sedangkan menertawai adalah senjata,__dapat dibedakan dengan menertawai seseorang yang terpeleset.

Kata Sartre, badut dan komedian adalah seorang yang berkhianat pada diri sendiri, karena menempatkan dirinya sebagai sosok menggelikan. Manusia yang tak tahu cara menertawai diri sendiri, akan menaruh badut di luar dirinya di tempat yang jauh.

Orang-orang yang gagal tertawa membutuhkan badut lebih banyak dari yang lainnya. Di abad pertengahan, sekelompok orang di Eropa membeli Nitrous Oksida, suatu gas anestesia yang mampu membuat mereka terpingkal tanpa sebab.

Humor ternyata dekat dengan filsafat, bila ditilik penempatannya pada sisi kritis dan imajinatif. Satu mazhab filsafat yang rajin merawat kelucuan adalah eksistensialisme.

Tema-tema serupa konflik individu dan lian merupakan keterberian, akhirnya mewujud dalam konstruksi humor dan tragedi. Secara umum, eksistensialisme menekankan segi problematis kehidupan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun