Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Agama Tekno

24 Agustus 2019   15:45 Diperbarui: 8 September 2019   18:46 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: www.digitalmeetsculture.net

Dapatkah kita membayangkan suatu hari kelak, kita menghadiri pemakaman kita sendiri dengan tubuh baru. Tidak ada kesedihan dan agak mirip dengan seremoni pisah sambut. Teknologi tidak bisa dicegah, dan kesadaran manusia bisa dipindahkan

Futurologist dunia, Ian Pearson, memprediksi bahwa kesadaran manusia nantinya bisa disalin di memori eksternal. Melalui tulisannya yang diekspos pada 15 Juli 2018 dengan judul "When Your Electronically Immortal, Will You Still Own Your Own Mind?", Pearson menjelaskan bagaimana kesadaran manusia bisa terhubung dengan teknologi eksternal.

Kesadaran sedang digugat, katanya ia bisa di-copy paste seperti cara kerja Android. Tidak hanya agama, tapi humanisme dalam bentuk penyembahan manusia yang menaklukkan dunia beberapa dekade terakhir. Agama Tekno sedang ingin bertengger di posisi puncak peradaban umat manusia.

Pintu masuknya dapat dimulai dari titik lemah memori manusia. Seseorang yang kepalanya terbentur dapat kehilangan segalanya seketika, kecerdasan kognitif, ideologi, konsep diri bahkan Tuhan yang ia sembah.

Seperti yang terjadi pada motivator, penulis dan pesepak bola bernama Scott Bolzan, setelah terpeleset di kamar mandi, ia kehilangan seluruh kecerdasan dan talentanya, bahkan ingatan tentang isterinya. Lalu ia menjadi manusia baru dan menulis buku berjudul "My Life: Deleted".

Kepala kita adalah Big Data organik atau gudang memori yang diserap dari lingkungan selama hidup dan diturunkan secara sistem algoritma oleh pendahulu. Tapi benteng pertahanan kesadaran kita amat rapuh, ilmu hipnotis dapat menginterupsi kesadaran manusia atau memerankan dirinya sebagai orang lain.

Secara teknis, kepala yang terbentur sangat keras, akan kehilangan seluruh memori yang disimpan selama puluhan tahun. Kasus-kasus psikologis seperti amnesia, halusinasi, tuna grahita dan gila adalah keadaan ketika seseorang sedang tidak memiliki dirinya. Ide ini sebenarnya cukup bagus bagi upaya untuk membungkam upaya pemujaan eksistensi dan keakuan yang berlebihan.

Selangkah di depan, teknologi dapat menyalin seluruh memori kita atau menghapusnya dan menggantikan dengan kesadaran orang lain. Jika seseorang tidak ingin mati, mereka bisa meminta tubuh yang baru. Teknologi memang tidak bisa dicegah tapi bisa ditundukkan, atau Tuhan akan campur tangan.

Bila fenomena futuristik ini kita tarik ke ranah filsafat, aliran ateis-materialisme akan membela diri dalam penyangkalan ruh, kesadaran menurut mereka hanyalah bersifat materi yang cara kerjanya sama dengan algoritma non organik pada komputer.

Juga menjadi ladang benturan filosofis antara eksistensialisme kehendak bebas dengan determinisme (keyakinan filosofis bahwa semua peristiwa terjadi sebagai akibat dari adanya beberapa keharusan dan karenanya tak terelakkan).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun