Negara dan masyarakat global semakin cerdas untuk menghindari perang atau menginvasi suatu negara, karena sejarah mengajarkan bahwa tabiat-tabiat rendah geopolitik tidak pernah menemukan alasan pembenaran yang logis selain kesengsaraan, tak peduli menang atau kalah. Dan senjata nuklir telah menahan semua orang untuk tidak memulai perang jenis ini, kecuali ingin mempercepat kiamat dengan bunuh diri massal.
Badan Narkotika Nasional (BNN) merilis, 37 sampai 40 orang Indonesia mati tiap hari karena narkoba. Sementara sekitar 2,2 persen dari total 262 juta jiwa penduduk Indonesia, telah terkontaminasi narkoba. Padahal secara internasional, suatu negara dinyatakan darurat narkoba jika 2 persen penduduknya telah mengkonsumsi narkoba.
Sayangnya fakta mencemaskan ini tidak sempat diperbincangkan dalam debat capres dan isu-isu seputar kritik oposisi dan kinerja petahana. Hal - hal substansial seperti rapuhnya sistem keuangan global, keseimbangan ekologi planet, polusi, pemanasan global, paradoks digitalisasi yang mengancam eksistensi manusia, campur tangan sandi-sandi piranti lunak pemicu bom digital dan perang siber luput dari narasi - narasi percaturan politik di Indonesia.
Jika pecahan-pecahan cermin Tuhan tidak utuh kita terima, marilah menyelam ke lautan data. Jika pun kebenaran tidak kita peroleh atau ingin kita tolak dari sana, setidaknya apa yang kita yakini sebagai kebenaran hari ini harus siap untuk diuji kapan-kapan. ~MNT