Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Mengerti Spongebob, Mengerti Kebahagiaan

8 Juli 2018   22:12 Diperbarui: 25 Agustus 2018   20:02 3902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pinterest.com

Ia pun menggambarkan bahwa kebahagiaan berstatuskan eudaimonia, yang berarti hidup dengan baik, hidup penuh keseimbangan dan tidak berlebihan.

Aristoteles memandang bahwa kebahagiaan berasal dari idenya tentang kebaikan dan kejahatan.

Kejahatan sendiri bersumber dari sesuatu yang berlebihan, seperti halnya Tuan Krabs yang berlebihan mengejar harta, dan ia merupakan pengungkapan bahwa dirinya tidak dapat mengontrol diri sendiri.

Dalam episode "Dying for Pie", ketika Spongebob memakan bom pie pemberian Squidward yang culas, dan ia tahu konon akan meledak di sore hari nanti, alih-alih mengecam Squidward, ia berkata, "Bila aku mati, meledak berkeping-keping karena kecerobohan seorang teman, baiklah tak apa-apa".

Menurut penulisnya Joseph J. Foy, Spongebob dalam episode itu, merasakan bahwa hidupnya telah lengkap dan penuh berkecukupan. Ia tidak membutuhkan sesuatu apapun untuk bahagia, dan kebahagiaan yang ia miliki tidak membutuhkan suatu alasan.

Hasbi menyebut, Spongebob tergambarkan jelas dalam konsep utama sufisme yang diusung oleh Al-Ghazali. Self-Mastering, sebagai jalan menuju kebahagiaan abadi: pengetahuan Tuhan dan pengetahuan diri.

Maka Sponge dari sisi ini adalah seorang dengan derajat mulia meskipun ia absurd dan konyol.

Ia sangat berbeda dengan tokoh-tokoh lainnya dari kacamata filsafat dan siapa tokoh di baliknya (saya terinspirasi dari tulisan status Sukma Cintami dalam Forum Diskusi Sains dan Filsafat).

Spongebob memiliki karakter yang berpedoman pada filsafat Absurdisme. Ia berontak melawan absurditas dan mengelola setiap keanehan dalam hidupnya dengan cara menikmatinya seperti Albert Camus.

Spongebob pernah disulap menjadi lebih tampan dengan rambut rapi dan wajah yang bulat serta tubuh yang tidak dipenuhi banyak lubang, tapi ia memilih sediakala, sebagai apa adanya.

Lalu Squidward si gurita  anti sosial, kutu buku dan sinistis, adalah karakter yang menderita krisis Eksistensial akut juga Nihilisme.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun