Mohon tunggu...
Maskal Novessro
Maskal Novessro Mohon Tunggu... profesional -

Maskal Novessro, seorang praktisi dan konsultan produktivitas, memperoleh sertifikat spesialis produktivitas dari APS yang berkedudukan di New York, USA.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Active listening ???

2 Mei 2014   00:17 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:58 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Active listening lets the client know that he/she is being heard and encourages them to keep talking. Active listening is achieved by eye-contact, nodding, smiling, exclaiming ("Yes", "I see") repeating what was said, etc. Active listening is also keeping your mind open so that you really hear and understand the meaning of what the client is saying and how they say it.

Itulah konsep active listening yang saya pelajari saat masa pelatihan dulu. Dan saya kira juga sudah menjadi common knowledge dihampir semua profesi.

Jika kita menilik lebih dalam, active listening atau mendengar aktif, hanyalah suatu alat atau cara dalam rangka memperoleh pemahaman atau pengertian terhadap seseorang. Bukan sebaliknya, menggunakan cara ini untuk membuat seseorang bisa memahami dan mengerti keadaan kita. Dan sayangnya justru hal yang kedualah yang sering terjadi. Banyak profesional yang saya temui memanfaatkan cara ini justru dalam upayanya mencari titik-titik lemah argumentasi koleganya. Tidak salah memang, tapi saya kira salah kaprah. Dalam jangka panjang, jika itu yang juga anda lakukan, maka kolega anda akan menyadari bahwa ia telah diakali oleh anda. Kalau sudah begitu, “trust” yang dengan susah payah anda bangun akan hilang dalam sekejab mata.

Anak ke-2 kami mengalami kesulitan berbicara diawal-awal pertumbuhannya. Baru pada umur 3 tahunan akhirnya mampu menyebut kata-kata lebih jelas sehingga kami semua bisa memahami maksudnya. Sebelumnya, ia hanya bisa bergumam dan karena merasa kami tidak merespon maksudnya dengan baik, ia biasanya menjadi gusar dan akhirnya mengamuk.

Saat itu kondisi ekonomi kami sangat sulit sehingga upaya yang dapat kami lakukan adalah mencoba menanganinya sendiri dengan sabar. Saat itulah cara active listening kami terapkan. Perlahan-lahan, saya dan istri saya, terutama istri saya, mulai bisa menangkap gumaman anak ini. Sejalan dengan itu, mungkin mulai merasa dimengerti, anak kami perlahan-lahan mulai membaik hingga suatu waktu diusianya ke-3, ia bisa mengucap dengan jelas dan kini sudah sangat lihai berkata-kata.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun