Mohon tunggu...
Muhammad Naufal
Muhammad Naufal Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi Islam, Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Money

Instabilitas Nilai Emas dalam Perekonomian Modern

19 Januari 2020   22:05 Diperbarui: 19 Januari 2020   22:04 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama lebih dari 45 tahun, harga emas telah bergerak naik sebesar 1.588%, hal ini disebabkan oleh sifat likuiditas yang diberikan oleh emas, sehingga dapat dijadikan pengaman disaat terjadinya kondisi tidak pasti, seperti krisis. (Singh & Joshi, 2019) Pernyataan ini didukung oleh Grafik 1 yang memperlihatkan adanya tren yang naik dalam harga emas dari tahun 1915 hingga 2018. Selain itu, dapat dilihat bahwa emas mempunyai keterikatan dengan adanya krisis, dimana saat terjadi krisis, harga emas akan turun dan setelah terjadi krisis harga emas akan naik, akibat banyak yang membeli sebagai pelindung untuk persiapan krisis berikutnya. Pernyataan ini dapat dilihat dari tahun 1930, 1970, 2000, dan 2008 yang di dalamnya terdapat kejadian krisis. pada tahun 1929, terjadi krisis The Great Depression yaitu terjadinya resesi di Amerika. (Oliveira & Wolf, 2017) Pada tahun 1970, seluruh dunia, mengalami krisis yang diawali oleh Energy Crisis yang berdampak besar terutama pada Eropa dan Amerika diakibatkan kekurangan minyak bumi. (Wei, et al., 2019) Pada Tahun 2000 Amerika dan Eropa mengalami masa resesi yang membuat harga emas turun drastis. (Cette, et al., 2016) Terakhir pada tahun 2008, yaitu pada saat Amerika mengalami krisis Subprime Mortgage. (Vatti, 2019)

Jika dianalisis lebih dalam, setelah adanya penurunan dalam harga emas akibat krisis, di fase berikutnya, pasti akan terjadi kenaikan. Hal ini disebabkan oleh stigma keamanan dari emas, yang menyebabkan adanya pembelian harga emas. (Zuijderduijn, 2018) Pembelian emas ini menyebabkan adanya peningkatan harga, hal ini didasarkan oleh teori yang permintaan dan penawaran yang menyatakan bahwa harga akan naik jika permintaan naik, (Sinha, 2018)  sehingga tercerminlah teori penawaran dan permintaan, dengan stigma keterkaitan antara keamanan dari emas dan juga krisis yang muncul akibat sifat stabilitas dari emas, dalam pergerakan grafik tersebut.

Ketidakpastian dari Stigma Stabilitas Emas 

Fenomena pembelian emas akibat sifatnya yang dianggap sebagai nilai lindung aman terhadap krisis, membuat stabilitasnya justru terganggu. Hal ini disebabkan oleh frekuensi pembeliannya yang terpengaruh terhadap sesuatu, yaitu krisis, dan juga uang. Dengan adanya keterkaitan tersebut, harga emas justru akan berfluktuasi tergantung dari hal yang terikat tersebut. Sedangkan, untuk memiliki stigma stabil, suatu hal harus berdiri sendiri dan tidak terikat dengan apa pun. (Lietaer, 2017) dengan keterikatannya dengan uang, yang memiliki sifat terpengaruh oleh inflasi yang menjadi indikator krisis, emas menjadi memiliki keterkaitan dengan inflasi yang menyebabkan fluktuasinya.

Selain itu, dengan adanya pasar modal dan pasar komoditas yang berbasis elektronik, dengan kelebihannya yaitu dapat memperjualbelikan emas tanpa harus memiliki emas tersebut, dapat menghilangkan stabilitasnya yang berawal dari sifat fisik yang dimiliki emas, yaitu tidak dapat dilipatgandakan. (Santoso, et al., 2017) Dengan adanya pasar komoditas elektronik, jual beli emas tanpa fisik ini menjadi lebih mudah, bahkan tanpa harus memilikinya secara fisik. Pelipatgandaan emas tanpa fisik ini, dapat membuat mudahnya perlindungan emas dalam krisis dan juga inflasi sehingga dengan pernyataan ini, emas justru akan tidak stabil dan akan tercermin melalui inflasi yang menjadi salah satu indikator krisis.


Instabilitas Inflasi akibat Emas

Untuk membuktikan pernyataan bahwa emas akan terikat dengan inflasi akibat stigma perlindungannya terhadap krisis, komparasi akan dilakukan untuk melihat stabilitas emas yang dilihat dengan mengkomparasi nilai yang dilindunginya yaitu uang berupa mata uang Dolar Amerika. Untuk melakukan komparasi ini, data inflasi dengan denominasi Dolar Amerika, akan dibandingkan antara tahun 1640 hingga 1971 yaitu pada masa penggunaan emas sebagai alat tukar, yang termasuk di dalamnya adalah masa Goldsmith dan masa kebijakan Gold Standard, dan juga pada masa saat emas sudah tidak menstandarkan mata uang, yaitu dari 1972 hingga 2018. Komparasi inflasi tersebut akan disajikan dalam Grafik 2.

                                                                                                                                                    Grafik 2

capture-jpg-5e2470b4097f365d4a16a852.jpg
capture-jpg-5e2470b4097f365d4a16a852.jpg
                                                                                                 Sumber : Officialdata.org

Dengan melihat Grafik 2, dapat ditemukan bahwa fluktuasi lebih volatil saat adanya penerapan standarisasi mata uang Dolar Amerika dengan emas, yaitu pada saat kebijakan Gold Standard, dibandingkan dengan saat tidak adanya standarisasi dengan emas. Penemuan ini, memperkuat stigma bahwa emas memiliki keterkaitan dengan inflasi yang menjadi salah satu indikator krisis, sehingga sifatnya menjadi tidak stabil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun