Mohon tunggu...
mmirza nushrilwalid
mmirza nushrilwalid Mohon Tunggu... Mahasiswa - XIXIXIXI

POIUYTREWQ

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kelekatan dan Pengasuhan

9 Desember 2022   16:11 Diperbarui: 9 Desember 2022   16:15 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kelekatan adalah ikatan emosional  yang kuat antara dua orang. Kenyamanan fisik dan perawatan yang peka merupakan hal yang esensial untuk mencapai kepercayaan dasar pada bayi. Kepercayaan pada masa bayi merupakan landasan dasar bagi kelekatan dan harapan seumur hidup bahwa dunia akan menjadi tempat yang baik dan menyenangkan untuk ditinggali. Kelekatan dikemukakan pertama kali oleh John Bowlby yang menekankan pentingnya anak membentuk kelekatan dengan figur orang tua di awal kehidupannya. Kelekatan merupakan kecondongan yang kuat untuk mencari kedekatan dan kontak dengan figur tertentu terutama dalam kondisi yang sulit untuk mendapatkan perlindungan, kenyamanan, dukungan dan pengasuhan.

Perkembangan kelekatan anak sangat dipengaruhi oleh kepekaan orang tua dalam memberikan sebuah respon kepada anak. Kelekatan dapat dibentuk melalui proses dan sangat penting untuk dibangun sejak anak masih berada di usia perkembangan awal atau usia dini. Bowlby yakin bahwa bayi dan ibunya secara naluria membentuk suatu kelekatan. Bayi biasanya menangis, merengek,dan tersenyum. Kemanusian bayi merangkak, berjalan dan mengikuti ibunya. Ciri-ciri Kelekatan Bartholomew and Horowitz (1991) menuliskan bahwa ciri-ciri kelekatan, terdiri dari:

a. Lampiran Yang Aman

Cenderung memiliki pandangan positif terhadap diri sendiri dan figur lekatnya, Memandang hubungan antara ia dan figur lekatnya sebagai suatu yang positif, Merasa nyaman dengan situasi intim maupun dalam kesendirian, Mencari keseimbangan antara intimasi dan independensi dalam hubungan mereka.

b. Lampiran Cemas

Mencari intimasi, penerimaan, dan perlakuan yang baik dari figur lekatnya, Mengalami ketergantungan terhadap figur lekat mereka, Merasa kurang aman (insecure) terhadap hubungannya dan figur lekat, Saat bersama figur lekat, mereka sedikit gugup, Seringkali meragukan berharganya mereka sebagai individu, Menyalahkan diri sendiri apabila figur lekat kurang sensitif terhadap kebutuhannya.

c. Lampiran Penghindaran / Menolak

Merasa sudah cukup dan tidak butuh lekat dengan orang lain, Menyangkal kebutuhan untuk memiliki hubungan yang dekat, Menganggap hubungan intim sebagai sesuatu yang tidak penting, Apabila memiliki figur lekat, berusaha mengurangi keintiman hubungan tersebut, Memiliki perilaku yang cenderung defensif, Cenderung menekan dan menyembunyikan perasaan mereka, Apabila ia menghadapi penolakan (dihindari, dimusuhi, dibenci) mereka cenderung menjauhkan diri dari sumber penolakan tersebut.

d. Lampiran Takut Menghindari

Menginginkan hubungan yang intim, tapi kurang nyaman dalam kedekatan emosional, Secara tidak sadar memiliki pandangan negatif terhadap dirinya dan figur lekatnya, Memandang dirinya tidak layak memiliki figur lekat,Tidak mempercayai niat baik dari figur lekatnya, Kurang suka mengekspresikan perasaan afeksi (kasih sayang).

Manfaat Kelekatan

Rini (2002) berpendapat bahwa kelekatan dapat memberikan pengaruh positif terhadap remaja yang mendapatkannya, antara lain:

  1. Rasa percaya diri. Perhatian dan kasih sayang orang tua yang stabil, menumbuhkan keyakinan pada anak bahwa ia berharga bagi orang lain. Dengan orang tua yang selalu ada, anak menjadi aman dan percaya diri.
  2. Kemampuan membina hubungan yang hangat. Kalau anak mendapat hubungan yang hangat dan aman dari orang tua, ia akan menjadikan hal tersebut sebagai contoh dalam membina hubungan dengan orang lain. Namun, kelekatan yang buruk dan traumatis membuat anak kesulitan membina hubungan yang baik dan aman.
  3. Mengasihi sesama dan peduli pada orang lain. Remaja yang tumbuh dalam pola attachment yang aman, akan memiliki sensitivitas atau kepekaan yang tinggi terhadap sekitarnya. Rasa pedulinya tinggi dan memiliki kebutuhan untuk membantu orang lain.
  4. Disiplin. Pola secure attachment membantu orang tua untuk lebih mudah memahami remaja. Hal ini membuat pemberian arahan dan nasihat menjadi lebih proporsional, empatik, penuh kesabaran dan saling mengerti. Anak juga akan belajar mengembangkan kesadaran diri dari sikap orangtua yang menghargai anak untuk mematuhi peraturan dengan disiplin karena sikap menghukum akan menyakiti harga diri anak dan tidak mendorong kesadaran diri.
  5. Pertumbuhan intelektual dan psikologis yang baik. Kelekatan yang aman dapat memberikan kontribusi positif pada pertumbuhan fisik, intelektual, dan kognitif, serta perkembangan psikologis individu.

Gaya Pengasuhan Baumrid Diana Baumrid (1970) berkeyakinan bahwa orang tua seharusnya tidak munghukum atau bersikap dingin kepada anak-anaknya. Orang tua seharusnya mengembangkan aturan-aturan dan bersikap hangat kepada anak-anaknya. Ia mendeskripsikan empat tipe gaya pengasuhan:

  1. Pengasuhan ototarian (authoritan parenting) adalah gaya yang bersifat membatasi dan menghukum,di mana orang tua mendesak anaknya agar mematuhi orang tua agar mematuhi orang tua serta menghormati usaha dan jerih payah mereka. Orang tua otoritarian menempatkan batasan-batasan dan kendali yang tegas pada anak serta tidak banyak memberi peluang kepada anak-anak untuk bermusyawarah. Orang tua otoritarian juga mungkin memukul anak, menetapkan aturan-aturan secara kaku tanpa memberikan penjelasan, dan menunjukan kemarahan terhadap anak. Anak-anak dari orang tua otoritarian sering kali tidak bahagia, takut, dan cemas ketika membandingkan dirinya dengan orang lain, tidak memiliki inisiatif, dan memiliki keterampilan dan komunikasi yang buruk.
  2. Pengasuhan otoritatif (authoritative parenting) mendorong anak-anak untuk mandiri namun tetap memberi batasan dan kendali kepada tindakan-tindakan anak. Orang tua juga berdialog secara verbal, disamping itu juga orang tua bersifat hangat dan mengasuh. Orang tua otoritatif memperlihatkan rasa senang dan dukungan sebagai respons terhadap tingkahlaku matang,mandiri, dan sesuai usia anak-anak. Anak yang orang tuanya otoritatif sering sering terlihat riang gembira, memiliki kendali diri dan percaya diri, serta berorientasi pada prestasi.
  3. Pengasuhan yang melalaikan ( neglectful parenting ) adalah gaya yang dimana orang tua sangat tidak terlibat didalam kehidupan anak. Anak-anak ini cenderung tidak kompeten secara sosial. Mereka seringkali memiliki harga diri yang rendah,  tidak matang, dan mungkin terasingkan dari keluarga. Pada remaja, mungkin ini dapat dilihat dari pola hidupnya.
  4. Pengasuhan yang memanjakan ( indulgent parenting ) ialah gaya dimana orang tua sangat terlibat dengan anak-anaknya namun namun kurang memberikan tuntutan atau kendali kepada mereka. Orang tua semacam ini membiarkan si anak untuk melakukan apa yang mereka inginkan. Orang tua sengaja mengasuh dengan cara ini karena berkeyakinan bahwa kombinasi antara keterlibatan yang hangat dan sedikit kekangan akan menghasilkan anak yang kreatif. Mereka mungkin mendominasi egosentris, tidak patuh, dan kesulitan dalam relasi dengan kawan sebaya.Dari ke empat kualifikasi pengasuhan  di satu sisi mencakup kombinasi dari penerimaan dan responsivitas, serta tuntutan dan kedali di sisi lain (Maccoby & Martin, 1983 ). Ingatlah bahwa penelitian terhadap gaya pengasuhan dan perkembangan anak bersifat korelasi, bukan kausal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun