Mohon tunggu...
Mangara Maidlando Gultom
Mangara Maidlando Gultom Mohon Tunggu... profesional -

nil sitis nisi optimum (tidak ada tempat terbaik selain tempat pertama)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tarombo-ku

16 Agustus 2015   18:01 Diperbarui: 4 April 2017   18:20 2615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berikut adalah silsilah dari Si Raja Batak hingga lahirnya saya, Mangara Maidlando Gultom (Huta Pea #18). Margaku, Gultom, merupakan sundut (generasi) ke-10 dari Si Raja Batak. Seharusnya aku bermarga Pandiangan. Namun marga Pandiangan hanya diteruskan oleh keturunan Raja Humirtap. Hal tersebut terjadi dikarenakan ketegangan hubungan antara Raja Humirtap dengan Raja Sonang di masa itu, sebagai dampak dari kisah boru Saroding yang kawin dengan Guru Sodungdongan (manusia ular).

Mengenai penulisan, saya hanya memakai nama tanpa marga, bukan bermaksud mengurangi/menghilangkan hormatku kepada tua-tua dalam partuturan. Namun agar lebih mudah mengetahui. Di samping itu, nama-nama di bawah ini masih ada yang belum lengkap/diketahui. Maka saya mengikuti data yang ada saja. Yang jelas, sejak sundut (generasi) Si Raja Batak ke-11 tentunya bermarga Gultom. Di atas telah saya sebut bahwa saya adalah Gultom Huta Pea nomor 18, hitungannya dimulai sejak Gultom (generasi ke-10 Si Raja Batak).

Nama-nama yang dicetak tebal merupakan leluhur langsungku. Jika dari nomor 1, cara bacanya seperti ini: si Raja Batak punya 3 orang anak, kemudian Guru Tatea Bulan punya 9 orang anak, dan seterusnya. Nama-nama yang tidak bercetak tebal pastinya memiliki keturunan, namun akan membutuhkan banyak ruang maupun waktu untuk menjabarkan. Jika dibaca dari nomor terbawah (saya sendiri), cara membacanya seperti ini: saya 2 bersaudara dari pasangan Max Donald dan Johanna Berlina, kemudian Max Donald merupakan anak ke-5 dari 11 bersaudara dari pasangan Soilangon dan boru Simanjuntak, dan seterusnya sampai ke Raja Batak. Kemudian, ada kemungkinan dari 1 sundut (generasi) di bawah ini belum mencantumkan nama saudara lainnya yang perempuan (boru). Begitulah Batak, yang menggunakan sistem kekerabatan patrilineal.

Berikut adalah rinciannya:

  1. Raja Batak
  2. Guru Tatea Bulan, Raja Isumbaon, Toga Laut.
  3. Raja Biak-Biak, Tuan Sariburaja, Limbong Mulana, Sagala Raja, Malau Raja, boru Pareme, boru Anting Sabungan, boru Biding Laut, Nan Tinjo.
  4. Raja Lontung, Raja Borbor, Raja Galeman.
  5. Sinaga, Situmorang, Pandiangan, Nainggolan, Simatupang, Aritonang, Siregar, boru Amak Pandan, boru Panggabean.
  6. Guru Mombang Pilian (Datu Ronggur)
  7. Sulutnihuta, Pande, Guru Solandason
  8. Parhutala
  9. Raja Humirtap, Raja Sumonang (Raja Sonang), boru Simenak-menak, boru Humot, boru Saroding.
  10. Gultom, Samosir, Pakpahan, Sitinjak.
  11. Huta Toruan (Tujuan Laut), Huta Pea, Huta Bagot, Huta Balian.
  12. Sumorong, Palang Namora, Sipunjung.
  13. Tumonggo Pulo, Namora Lontung, Namora Sende, Urang Pardosi (Datu Tambun).
  14. Namora Suharon, Baginda Raja, Saribu Raja, Pati Sabungan.
  15. Namora Soaloon (kawin dengan boru Galingging), Babiat Galemun (kawin dengan boru Hutasuhut).
  16. Op. Batu Holing, Op. Atahutan, Op. Sonda.
  17. Op. Manggur Barita, Raja Sila.
  18. Amani Atahutan, Guru Toloan, Op. Mangambit, Sibelut.
  19. Guru Soaloon, Op. Batu Hasak (kawin dengan boru Panggabean).
  20. Op. Juara, Marhite Bulu, Op. Dorma, Op. Hapogan (kawin dengan boru Panggabean).
  21. Haluppang
  22. Bekkan, Orem, Juram.
  23. Op. Hattor, Charli.
  24. Bpk. Hattor, Op. Lomak, Landen, Parningotan.
  25. St. Muaro/Op. Ganda (kawin dengan boru Pakpahan), Soilangon/Op. Sanggam (kawin dengan boru Simanjuntak), Bidun/Op. Tomos (kawin dengan boru Pakpahan).
  26. Alfonso/Op. Mikha, boru "Oci", boru "Bora", boru Sumiati, Max Donald (kawin dengan boru Purba Sigumonrong, boru Helena, Leo Lupini, Haposan, Sahat, Toho, Marulam.
  27. Mangara Maidlando, Yosanta Ramadear.
  28. (Perempuan atau boru batak mana yang mau bersama-sama berikhtiar/berupaya denganku agar nomor ini ada namanya??) hahhayy...

Jadi, kalau dari Raja Batak, saya adalah keturunannya yang ke-27. Apabila dari sisi marga (toga), saya adalah marga Gultom yang ke-18 dari Huta Pea. Kampung halamanku di Medan, tepatnya di Jl. Gaharu. Kalau opung, kampungnya di Batu Manumpak (kecamatan Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara). Dan keturunan Gultom Huta Pea, secara turun temurun tinggal di daerah Pangaribuan.

Mengenai orang tua dari Si Raja Batak, belum ditemukan kepastian atau kebenarannya, yang ada hanyalah legenda. Disebut legenda karena kisahnya secara turun temurun diwariskan melalui cerita dari mulut ke telinga dan seterusnya. Konon, bermula dari Manuk-manuk Hulambujati (seekor ayam yang badannya serupa dengan kupu-kupu besar). Berkat kuasa Mulajadi Nabolon (sebutan Tuhan bagi orang Batak, selain Debata), Manuk-manuk Hulambujati mengerami 3 telur sebesar periuk tanah (kira-kira sebesar bola kaki).

Ketika ketiga telur tersebut menetas, ternyata isinya berbeda dengan Manuk-manuk Hulambujati, melainkan manusia. Mulajadi Nabolon pun memerintahkan Manuk-manuk Hulambujati untuk menamai mereka yakni, Tuan Batara Guru, Ompu Tuan Soripada, dan Ompu Tuan Mangalabulan. Ketiganya adalah laki-laki. Manuk-manuk Hulambujati pun memohon kepada Mulajadi Nabolon untuk memberikan mereka pasangan agar dapat terus bereproduksi. Akhirnya Tuan Batara Guru diberi pasangan yang bernama Pareme, Ompu Tuan Soripada diberi pasangan yang bernama Parorot, dan Ompu Tuan Mangalabulan diberi pasangan yang bernama Panuturi.

Dari Tuan Batara Guru dengan si boru Pareme, lahirlah Tuan Sori Muhammad, Datu Tantan Debata Guru Mulia, serta 2 orang anak perempuan kembar yang diberi nama Sorbajati dan Deakparujar. Dari Ompu Tuan Soripada dengan si boru Parorot, lahirlah laki-laki yang diberi nama Tuan Sorimangaraja, dan Raja Enda-Enda. Sedangkan dari Ompu Tuan Mangalabulan dengan si boru Panuturi, lahirlah laki-laki yang diberi nama Tuan Dipampat Tinggi Sabulan.

Entah dari mana datangnya Raja Odap-Odap (konon dari Mulajadi Nabolon), si boru Deakparujar pun dikawinkan dengan Raja Odap-Odap oleh Mulajadi Nabolon. Mereka pun hidup dan tinggal di kaki gunung Pusuh Buhit, yaitu desa Sianjur Mula-Mula. Dari perkawinan Raja Odap-Odap dengan si boru Deakparujar, lahirlah 2 bayi kembar. Yang laki-laki diberi nama Raja Ihat Manisia, sedangkan yang perempuan diberi nama Boru Itam Manisia.

Tidak diketahui dengan siapa Raja Ihat Manisia kawin (entah dengan kembarannya sendiri atau "dikirim" oleh Mulajadi Nabolon). Raja Ihat Manisia memiliki 3 orang anak laki-laki, yaitu Raja Miok-Miok, Patundal Nabegu, dan Ajilapas-lapas. Setelah dewasa, ketiga bersaudara tersebut terjadi perselisihan, sehingga 2 orang pergi entah ke mana, dan hanya tersisa Raja Miok-Miok yang bertahan di Sianjur Mula-Mula.

Sama halnya dengan Raja Ihat Manisia, Raja Miok-Miok pun tidak diketahui kawin dengan siapa, namun memiliki 3 orang anak laki-laki, yaitu Raja Ujung (ketika dewasa diduga pergi ke daerah Aceh), Raja Bonang-Bonang (Eng Domia), dan Raja Jau (ketika dewasa diduga pergi ke arah Nias). Selanjutnya secara singkat (karena memang sejauh ini saja yang saya ketahui), Raja Bonang-Bonang (Eng Domia) memiliki anak yang diberi nama Raja Tantan Debata. Dan Raja Tantan Debata memiliki anak yang dikenal dengan nama si Raja Batak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun