Mohon tunggu...
Mukhotib MD
Mukhotib MD Mohon Tunggu... Penulis - consultant, writer, citizen journalist

Mendirikan Kantor Berita Swaranusa (2008) dan menerbitkan Tabloid PAUD (2015). Menulis Novel "Kliwon, Perjalanan Seorang Saya", "Air Mata Terakhir", dan "Prahara Cinta di Pesantren."

Selanjutnya

Tutup

Fiksi Islami Pilihan

Kliwon, Episode yang Diinginkan Selama Puasa

16 Mei 2018   13:31 Diperbarui: 16 Mei 2018   14:18 1007
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: antarafoto.com

Kliwon, laki-laki berusia 49 tahun, tampak terbatuk-batuk. Rambut panjangnya yang beruban berkibar-kibar tertiup angin dari kipas angin yang dipasang berdiri. Sesekali ia menyeka matanya yang terasa mulai samar pandangannya.

Dua anak lanangnya duduk bersila dihadapannya, sesekali anak mbarepnya menguap sambil membenarkan posisi peci hitamnya yang miring ke kanan.

"Jadi apa yang hendak kau capai dalam menjalankan puasa?"

Kedua anak lanangnya saling pandang, mengangkat bahu dan masing-masing tak bertanggung jawab untuk menjawab pertanyaan terbuka itu. Ini bukan soal sepele menjawab pertanyaan itu, kaena sudah terbiasa di sekolah, selalu mengahadapi pertanyaan dengan pilihan ganda, setidaknya, kalau sama sekali tak sinau, tetap saja memilih jawabannya. Perkara salah, bagi anak-anak Kliwon itu bukan persoalan.

"Hayo, siapa yang mau menjawab?"

Si Pon anak mbarep Kliwon tergagap. Ia meraka sebagai anak lanang tertua, sudah semestinya menjawab terlebih dahulu ketimbang adiknya, Si Wage, yang masih unyu-unyu itu. Dengan hati-hati, Si Pon, membuka bibirnya, dan sebaris demi sebaris kalimat mengalir.

"Tak banyak yang saya inginkan," katanya.

Kliwon menatap lamat-lamat ke wajah anak mbarepnya. Ia berharap jawaban anak lanangnya cukup bisa membanggakan setelah baru saja mengaji Kitab Sulam Taufik, sebuah kitab kecil yang dulu ia pelajari saat menyantri di kelas ibtida'.

"Hanya satu, Romo."

"Apa itu?"

"Tidak pacaran selama sebulan penuh."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Fiksi Islami Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun