Mohon tunggu...
Tari Abdullah
Tari Abdullah Mohon Tunggu... Editor - Penulis dan mompreneur

Single mom yang hobi jalan-jalan mencari ide tulisan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Imlek untuk Papa

25 Januari 2023   11:07 Diperbarui: 25 Januari 2023   11:20 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

LakiLaki-laki paruh baya bertubuh kurus itu memperlambat laju, lalu mengerem saat sampai di depan bangunan dengan halaman yang luas. Aku bergegas turun."Nanti pulangnya papa jemput," ujarnya, seulas senyum hadir di wajahnya yang kecoklatan, aku hanya mengangguk datar. Membiarkan tangannya terulur tanpa balasan. Papa menarik tangannya kembali lalu tersenyum penuh pengertian.

Entah kenapa rasanya enggan untuk meraih tangan itu. Bukan karena tidak hormat, bukan pula karena aku membenci Papa, tapi sebongkah rasa telah terbentuk atas kisah kelam bertahun lalu.

Aku berlari memasuki gerbang sekolah, bersamaan dengan laki-laki bermata sipit itu kembali melanjutkan perjalanan. Namun, baru beberapa langkah aku berhenti, membalikkan badan. Tertegun sejenak menatap punggung tua yang basah oleh keringat, mengayuh becak yang perlahan mulai menghilang di ujung jalan.

"Hey, gimana, nih, acara Imlek  besok?" Seseorang menyapaku, "sudah nyiapin hadiah Imlek buat orang tua kamu?"

Aku tersenyum tipis, perih, ingin membalas pertanyaan Feli---teman sebangkuku, tapi aku cuma merasakan getir. Kami berjalan beriringan, menapaki halaman berpaving segienam menuju ruang kelas.

"Nanti temani aku cari hadiah Imlek, ya, Li!" pinta Feli.  

"Aku ...," ucapku ragu

"Bentar doang, lagian kan kamu bisa sekalian beli barang-barang untuk keperluan Imlekl," tukas Feli memotong kalimatku.

Aku menatap temanku nanar,  ingin menolak, tetapi ada perasaan tidak enak. Selama ini aku tidak pernah mau setiap kali Feli mengajak pergi, ada rasa minder jalan bersama anak pemilik perusahaan property itu. Selain  jika mengiyakan aku kepikiran Papa yang pasti sudah menunggu di luar untuk menjemput pulang.

"Ayolah! Mau ya, Di. Kalau nolak aku marah, nih," rayu Feli.

Aku diam lalu mengangguk pelan. Tidak apalah, hanya kali ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun