Indonesia kini sudah memiliki pemerintahan baru yang dipimpin oleh presiden Prabowo Subianto. Namun pemerintah mulai menghadapi tantangan-tantangan yang masih belum dipecahkan, salah satunya adalah masalah di bidang ketenagakerjaan.
Saat ini, ketenagakerjaan di Indonesia memiliki sejumlah kemelut yang belum terselesaikan pemerintah semenjak pasca pandemi. Dan inilah yang akan menjadi salah satu pekerjaan rumah terbesar bagi Prabowo dan Menteri Ketenagakerjaan saat ini, Ir. Yassierli.
Salah satu tantangan berat yang dihadapi pemerintah baru, yaitu perkembangan teknologi dan inovasi yang lebih modern. Hal ini memungkinkan keberadaan robot dan artificial intelligence di masa depan yang berpengaruh pada keberlangsungan buruh saat ini.
Memasuki era modern ini, kita tahu akan keberadaan teknologi dan inovasi modern yang menjadi kenyataan di sekitar. Salah satunya adalah robot yang menyerupai fungsi seperti manusia. Robot tersebut yang berbentuk mirip manusia juga memiliki peran khusus dalam urusan-urusan khusus yang dapat diselesaikan dengan cepat. Ini akan menjadikan sebagai alternatif oleh beberapa perusahaan untuk menggantikan tenaga manusia dalam pekerjaan.
Namun, dibalik kemampuan robot yang digunakan perusahaan untuk memudahkan pekerjaan dapat menjadi bumerang bagi ketenagakerjaan, termasuk masalah peran manusia yang digantikan oleh teknologi modern.
Kekhawatiran dalam peran teknologi modern dalam ketenagakerjaan terjadi karena perlahan menggantikan peran manusia dan tenaganya dengan peran yang “lebih mempan” dalam pekerjaan. Robot, bagi beberapa pengusaha yang paham teknologi, dianggap lebih murah dan andal dalam melakukan semua aktivitas dibandingkan manusia, bahkan di luar pabrik. Selain itu, robot-lah yang lebih dianggap mempermudah aktivitas apapun.
Selain robot, kecerdasan buatan atau dikenal sebagai Artificial Intelligence - AI juga bisa diberikan peran khusus menggantikan peran manusia dalam ketenagakerjaan. Ini dapat memberikan peluang pengganti manusia di berbagai sektor-sektor. Kecerdasan buatan ini dapat dikhawatirkan akan melampaui setiap kemampuan manusia dalam setiap skill yang ada.
Menurut miliarder dan pengusaha Vinod Khosla, diperkirakan 80 persen pekerjaan akan dialihkan oleh AI. Beliau juga memungkinkan berbagai sektor seperti manufaktur, medis, dan lain-lain akan dipekerjakan oleh AI.
Lalu, bisakah manusia pekerja dapat menghadapi dan menyesuaikan diri pada tantangan tersebut?
Sebenarnya, setiap manusia memiliki skill atau kemampuan yang dapat diandalkan dalam konteks pekerjaan dan keterampilan yang dapat diaplikasikan,serta memiliki passion bagus dalam kemampuan ahli vokal. Hanya saja, perlu ditekankan bahwa skill tersebut harus menjadi titik utama dalam pengembangan keterampilan yang aktif dan dapat dikonsolidasikan dengan keberadaan teknologi seperti robot pekerja dan kecerdasan buatan dengan bijak dan profesional, agar mampu menyesuaikan integrasi antara manusia dengan alat teknologi. Seperti adanya pelatihan, konsultasi dengan pihak profesi berkaitan, serta mengevaluasi setiap tindakan yang dianggap perlu.
Selain itu, pemerintah dan organisasi-organisasi terkait perlu ikut serta dan harus paham betul dengan adaptasi buruh dengan integrasi teknologi dengan baik dan terstruktur agar tidak terjadi kesalahan fatal yang berpengaruh pada kinerja buruh. Seperti menggalakkan program vokasi yang menggabungkan tenaga manusia dan teknologi dengan para ahli-ahli yang bisa berkolaborasi hal tersebut. Dengan demikian, akan semakin mudah untuk menaklukkan tantangan yang sulit.