Mohon tunggu...
HADI
HADI Mohon Tunggu... Foto/Videografer - +62

+62

Selanjutnya

Tutup

Politik

Permainan Cantik "The Black Country" untuk Minyak Papua

14 Februari 2018   17:32 Diperbarui: 14 Februari 2018   17:39 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu sektor ekonomi dari Papua Barat yang kurang disorot adalah adanya potensi gas dan minyak bumi yang berada di daerah sekitar Sorong, Salawati dan Teluk Bintuni. Pada tahun 1998 sumber gas alam baru ditemukan di Wiriagar, Bintuni. Ladang gas alam baru ini diberi nama Kilang  "Tangguh". Kilang "Tangguh" memproduksi Liquefied Natural Gas Eksplorasi (LNG) dan digarap oleh beberapa gabungan perusahaan BUMN dibawah kontrol Pertamina dan beberapa pihak swasta dibawah kontrol British Petroleum (BP). 

Kilang "Tangguh" merupakan kilang yang memproduksi LNG terbesar ketiga di dunia dengan perkiraan masa eksplorasi hingga 20 tahun mendatang dengan kapasitas produksi tiga juta ton LNG per tahun. Tangguh LNG mulai dibangun tahun 2005 dan berioperasi tahun 2009, cadangan LNG sekitar 14,4 triliun kaki kubik. Potensi ekspor LNG Tangguhsekitar US$ 2 miliar per tahun.

British Petroleum merupakan peruhanaan Oil and Gas yang berpusat di London, Inggris. BP membeli saham perusahaan minyak Amoco asal US yang selanjutnya BP menjadi produsen bahan baku untuk merk dagang Castrol. Di kilang LNG Tangguh, BP memegang sekitar 38% eksplorasi, bersaing dengan beberapa perusahaan Jepang (Nippon Oil Exploration, Kanematsu Corporation, dan LNG Japan Corporation. Pasar utama LNG tangguh adalah Jepang dan China. 2017 BP menginvestasikan Rp 106,4 triliun untuk membuka kilang baru di kawasan LNG Tangguh.

Papua Barat merupakan salah satu wilayah NKRI yang kental dengan isu separatisme, setidaknya beberapa kelompok menciptakan isu- isu yang mendukung pemisahan Provinsi Papua Barat dari Indonesia. Diawali oleh gerakan kelompok OPM (Organisasi Papua Merdeka) yang beridiri tahun 1965 yang gencar melakukan upaya separatisme Papua dan Papua Barat. Selanjutnya kelompok separatis mengkampanyekan slogan "Free West Papua" dan gerakanya sudah merambah di dunia internasional dengan nama memperbaharui OPM menjadi United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) pada tahun 2005.

Sebagian besar gerakan separatisme Papua dan Papua Barat di Pimpin oleh Benny Wenda. Beberapa negara mendukung secara nyata kemerdekaan Papua dan Papua Barat, seperti Vanuatu, Kepulauan Solomon, Tuvalu, dan Granadies mendukung kemerdekaan Papua dan Papua Barat di sidang PBB. Beberapa isu yang diangkat adalah isu HAM, ketimpangan pembangunan, dan ketidakpercayaan atas hasil refrendum.

Saat ini Benny Wenda mendapat status suaka dan sudah dijadikan warga negara Inggris yang tinggal di kota Oxford. Pada 2013 kampanye Free West Papua telah berhasil mendirikan kantor perwakilan Papua Merdeka di Oxford dan diresmikan oleh anggota parlemen Inggris (Partai Buruh) dan Walikota Oxford. Januari 2016 Dubes Inggris untuk Indonesia (Moazzam Malik) melakukan kunjungan ke Papua dan menawarkan program beasiswa Chevening bagi warga Papua yang ingin melanjutkam pendidikan S2 di Inggris.

Meski pemerintah Inggris sudah mengeluarkan pernyataan bahwa Papua dan Papua Barat merupakan bagian dari Indonesia secara resmi namun beberapa sikap pemerintah dan parlemen Inggris menggambarkan hal yang sebaliknya. Terlebih pasca dimulainya proyek train 3  di Teluk Bintuni yang akan beroperasi 2020 dengan tambahan produksi  3,8 juta ton LNG pertahun (50%) lebih banyak dari produksi LNG oleh BP saat ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun