Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pemuda Tidak Lagi Relevan untuk Pembaharuan

28 Oktober 2021   21:28 Diperbarui: 31 Oktober 2021   12:59 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: jadiberita.com

Di zaman sekarang ini sudah mulai terlihat, apa yang bakal menjadi tantangan atau persoalan besar bangsa ini (yang sebenarnya juga persoalan global). Tantangan besar ini melahirkan pertanyaan: apakah pemuda masih relevan sebagai agen pembaharuan saat tantangan atau persoalan besar bangsa ini berubah? Apa saja tantangan besar itu?

Pertama: persoalan perubahan iklim yang disebabkan oleh global warming. Meski Indonesia terlibat aktif untuk menurunkan global warming, namun jika umat manusia di seluruh muka Bumi ini gagal menahan laju global warming, maka Indonesia akan menerima akibat buruknya. 

Perubahan iklim akan mengacaukan angka atau kualitas berbagai produk pertanian. Perubahan iklim juga menghasilkan bencana alam yang tak terduga, seperti banjir, longsor, kekeringan, hingga kebakaran lahan. Semua itu tentu mengganggu aktivitas perekonomian negara.

Kedua: perubahan atau kekacauan yang disebabkan oleh teknologi yang terus berkembang cepat sekali (technological disruption). Satu perubahan yang diakibatkan oleh satu teknologi akan menyebabkan perubahan lain secara cepat pula. 

Teknologi informasi atau teknologi digital setidaknya telah mengurangi atau menghilangkan beberapa profesi seperti sekretaris, petugas loket di berbagai layanan, karyawan bank, dokter, guru, pelatih berbagai keahlian, karyawan toko, polisi, dan masih banyak yang lain. Semua itu terjadi karena munculnya aplikasi di smartphone, atau munculnya otomatisasi (dengan komputer) di berbagai layanan umum.

Teknologi yang berkembang pesat dan menghasilkan perubahan ini juga menghasilkan kewaspadaan baru. Apakah teknologi ini mengancam kemanusiaan?

Sebagaimana kita tahu, beberapa bulan terakhir ini ramai dibicarakan orang di dunia (kasus whistle-blower, Frances Haugen https://www.nytimes.com/live/2021/10/05/technology/facebook-whistleblower-frances-haugen), bahwa media sosial seperti Facebook telah menemukan (melalui riset internal mereka), bahwa Facebook ternyata: 1. menghasilkan banjir misinformation yang merugikan penggunanya (ini mengerikan, karena mampu menyesatkan pengguna media sosial), 2. "membiarkan" kelompok pro kekerasan (seperti teroris) menggunakan Facebook untuk berkampanye (ini disebabkan keterbatasan bahasa yang dikuasai oleh pengawas di Facebook).

Kewaspadaan lainnya adalah teknologi ternyata telah menghasilkan alat yang mampu mengubah DNA dengan mudah (teknologi CRISPR yang diciptakan oleh Jennifer Doudna), sehingga apa yang dulu kita sebut rekayasa genetika itu adalah science fiction, ternyata sekarang kita memang sudah memasuki zaman di mana teknologi CRISPR bukan sekedar science fiction, tapi memang nyata ada. Ketika para saintis di seluruh dunia masih membicarakan persoalan etiknya, tahu-tahu Cina beberapa tahun lalu sudah berhasil melakukan rekayasa genetika pada embrio manusia. Tentu saja itu menghasilkan kegemparan dan kecemasan di berbagai kalangan. Apa lagi yang sudah dilakukan Cina dalam soal rekayasa genetika? Begitu pertanyaan para saintis di dunia.

Kemajuan teknologi dalam rekayasa genetika ini tentu menghasilkan juga perubahan yang bakal besar, karena akan merubah peta industri farmasi atau kedokteran. 

Nanti, di masa depan yang dekat, menemukan penyakit sebelum penyakitnya muncul adalah satu hal yang mengemuka. Lalu cara mengobatinya pun akan lebih khusus berdasar pada keunikan tiap individu. 

Obat yang selama ini diproduksi akan berubah total, karena tiap orang bakal memiliki catatan DNA-nya yang khusus atau unik (DNA sequencing). Apakah profesi dokter masih dibutuhkan saat semua penyakit bisa dicegah lebih dini sebelum menimbulkan gejalanya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun