Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

17 Agustus dan Indonesia di Zaman Digital

2 Agustus 2021   11:37 Diperbarui: 17 Agustus 2021   14:04 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya lihat sekeliling dan tertegun.

Saya lihat semua yang saya kenal sejak muda dulu di tahun 80an dulu, tak banyak yang menjalani hidup yang sukses atau menjalani hidup yang memuaskan atau bahagia. Banyak dari mereka sekarang di medsos tak lelah memaki-maki pemerintah atau yang tak sehaluan dengan mereka. Banyak juga yang wafat setelah menjalani hidup yang susah dan sakit-sakitan. Padahal umur mereka baru 50 tahunan lebih.

Apa yang menyebabkan itu? Tuhan? Atau negara?

Ukuran sukses tentu berbeda bagi tiap orang. Begitu juga hidup yang bahagia. Meski demikian kita bisa menggunakan suatu ukuran atau indikator yang mungkin bisa disepakati bersama, yaitu ukuran happiness (kepuasan hidup) yang digunakan oleh PBB melalui World Happiness Report (WHR) yang diterbitkan tiap tahun sejak 2012.

Indonesia menurut WHR bukan negara yang berada di urutan atas. Indonesia hanya menempati urutan 82 dari 149 negara di dunia tahun 2021 ini. Tentu itu cukup buruk, karena sejak tahun 1945 belum ada satu presiden yang membawa Indonesia melesat maju dan memberi kesejahteraan yang cukup pada warganya. Tujuh puluh enam tahun merdeka adalah waktu yang terlalu panjang untuk sebuah negara yang kaya dengan sumber daya alam. Meski demikian presiden terakhir nampaknya membawa perubahan positif yang cukup signifikan. Sayangnya waktu 10 tahun (periodenya) tak akan cukup, apalagi ada pandemi yang mengganjal kegiatan perekonomian dan kegiatan pemerintah yang penting lainnya.

Apa indikator WHR untuk bisa menyebut warga sebuah negeri memiliki happiness? 1. GDP per capita, 2. Social support, 3. Healthy life expectancy, 4. Freedom to make life choices, 5. Generosity, 6. The absence of corruption. Jelas menurut WHR sejak tahun 2012 (pertama kali WHR diterbitkan) Indonesia menunjukkan angka-angka yang buruk di semua 6 indikator itu. Itu sebabnya Indonesia hanya menempati urutan 82 dari 149 negari di dunia.

Apa artinya itu? Negara belum bisa memberi "jaminan" pada warganya untuk memiliki happiness dengan definisi seperti yang diberikan oleh WHR, bukan definisi yang lain.

Jika negara belum bisa membahagiakan warganya, maka masing-masing warganya harus berjuang sendiri-sendiri untuk memiliki happiness. Bagaimana caranya? Itulah yang saya sedang amati dari berbagai orang yang saya kenal sejak muda dulu hingga sekarang.

Ada beberapa modal dasar yang paling berpengaruh untuk memiliki happiness seperti yang ditetapkan oleh WHR. Dengan modal dasar seperti tersebut setelah paragraf ini, maka kita bisa memperolah 1. Penghasilan yang bagus (di WHR ini disebut GDP per capita), 2. Berbagai asuransi yang melindungi berbagai aspek kehidupan (di WHR ini disebut Social support), 3. Kesehatan yang prima (di WHR ini disebut Healthy life expectancy), 4. Bebas menjadi siapa saja atau memiliki profesi apa pun (di WHR ini disebut Freedom to make life choices), 5. Kecenderungan untuk membantu orang lain (di WHR ini disebut Generosity), 6. Sikap menentang pemeritah yang seolah adalah sikap kritis (di WHR ini disebut The absence of corruption).

1. Sekolah atau ijazah yang memiliki wibawa atau nama besar, dan ditambah dengan skill, ilmu atau sains yang mumpuni yang diberikan pada sivitas akademikanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun