Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kehilangan Kewarasan soal Ivermectin, Obat COVID-19?

23 Juni 2021   06:06 Diperbarui: 2 Juli 2021   22:37 702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: tribunnews.com

Mungkin tak banyak yang tahu, sebelum COVID-19 dunia pernah dilanda pandemi SPANISH FLU (1918-1919) yang membunuh 50 juta orang di dunia. Saat pandemi SPANISH FLU, pedagang ikan lele di pulau Jawa mengklaim, ikan lele bisa menjadi obat Spanish Flu. Ikan lele pun habis di pasar, dan Spanish Flu membunuh 1,5 juta orang di pulau Jawa waktu itu.

Beberapa hari belakangan media ramai membahas Ivermectin yang konon katanya bisa digunakan sebagai obat untuk COVID-19, meski sebenarnya obat itu adalah obat anti cacing dan untuk hewan. Bahkan ada anggota DPR yang mengatakan mendukung segala upaya apa pun untuk mengatasi pandemi ini.

Angka positif COVID-19 yang menggila dalam beberapa hari terakhir ini rupanya telah membuat banyak orang panik dan kehilangan kewarasannya. Seharusnya kita tetap berpegang pada riset sains, apalagi jika untuk kesehatan atau keselamatan masyarakat. Bukan omongan satu dua orang atau lebih di India. Bukan juga testimoni beberapa orang saja. Semua harus melalui riset sains yang ketat untuk menyatakan satu obat bisa menyembuhkan satu penyakit.

Ivermectin belum ada riset sainsnya untuk menjadi obat COVID-19. Jika dibuat riset sainsnya, maka itu akan membutuhkan waktu yang amat panjang. Tidak cukup waktu untuk menjadi solusi meledaknya angka positif COVID-19 di Indonesia saat ini. Jangan lupa pula sebelum ribut-ribut Ivermectin, sudah ada sejumlah nama obat lain yang digembar-gemborkan sebagai obat COVID-19, namun tak terbukti. BPOM masih meneliti obat itu untuk mengungkap : 1. efek samping, 2. betul bisa menyembuhkan, 3. dosis yang tepat.

Padahal obat COVID-19 atau cara menangani pasien COVID-19 sudah dikeluarkan oleh WHO yang isi WHO adalah terdiri dari banyak sekali saintis dari berbagai negara. Semua rekomendasi itu sudah melalui riset sains yang ketat. Itu berarti juga semua rekomendasi yang dikeluarkan oleh WHO turut diawasi oleh begitu banyak saintis dari seluruh dunia.

KITA BUTUH PARA "PEMIMPIN" YANG TETAP WARAS

Anggaran yang sudah diturunkan untuk mengatasi Pandemi ini sudah berjumlah 677 triliun. Fantastis bukan? Berapa angka pengangguran yang sudah tercipta? Berapa angka merosotnya pertumbuhan ekonomi. Semua fantastis dan membuat panik.

Sebagaimana yang disebut oleh para ahli kesehatan jiwa, dunia sedang mengalami krisis kesehatan mental di mana-mana. Padahal kesehatan mental punya pengaruh kuat pada daya tahan tubuh yang justru kita butuhkan untuk melawan COVID-19. Padahal juga, kesehatan mental adalah yang paling kita butuhkan untuk tetap produktif atau tetap waras di masa kriris ini. Pandemi bahkan menghasilkan gangguan kesehatan mental pada anak, padahal gangguan kesehatan mental pada masa anak-anak akan memberi dampak yang serius di masa depan.

Apa yang akan saya sampaikan di bawah ini sudah saya sampaikan di awal Pandemi tahun 2020 lalu, satu setengah tahun lalu.

Kita terus lupa, bahwa virus hanya bisa dilawan oleh daya tahan tubuh kita sendiri. Obat-obatan hanya membantu kita mengatasi gejala saat virus menyerang tubuh kita. Obat flu, misalnya. Itu bukan obat yang langsung mengusir virus flu dari tubuh kita. Obat itu hanya mengatasi gejalanya, seperti pegal, sakit kepala, demam, dan lain-lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun