Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

World Happiness Report Tahun 2021 dan Pandemi

21 Maret 2021   21:51 Diperbarui: 25 Maret 2023   09:55 1036
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: worldhappiness.report

==o==

APA ISI WHR DI TAHUN PANDEMI INI?


Laporan tahun ini tentu saja menyoroti apa pengaruh pandemi pada happiness secara khusus dan menyoroti kehidupan sehari-hari secara umum. Bagian lain yang disoroti adalah bagaimana respon pemerintah terhadap pandemi ini yang kemudian mempengaruhi happiness warga.

Ternyata posisi rangking dari banyak negeri tak banyak berubah (dari tahun ke tahun), seperti Indonesia yang rangkingnya hanya naik sedikit dari 84 ke 82. Negeri-negeri Skandinavia dan beberapa negeri Eropa, Israel, Australia, New Zealand, tetap berada di urutan atas daftar negeri paling memiliki happiness di dunia.

Peran social support dan the perception of corruption memegang peranan penting dalam menjaga happiness tetap tinggi. Bahkan angka kematian yang tinggi di masa pandemi ini berkaitan dengan social support dan the perception of corruption ini (Chapter 2).

Dalam chapter 3, kesuksesan Asia Timur, Australia, dan New Zealand dalam menangani pandemi digambarkan dengan detil. Kepatuhan warga pada langkah yang diambil pemerintah mempengaruhi rendahnya angka terinfeksi dan angka kematian. Kondisi itu mengurangi kerugian ekonomi yang terlihat dari angka GDP yang tidak jatuh terlalu dalam.

Menurut WHR 2021 ini, negeri-negeri di Asia Timur lebih bagus melangkah dalam pandemi ini, karena memiliki pengalaman atau pengetahuan dalam menghadapi wabah sebelumnya seperti SARS dan MERS. Negeri-negeri Barat karena tak berpengalaman, mengendorkan respon terhadap pandemi pada musim panas 2020. Akibatnya muncul second wave yang lebih parah daripada first wave.

Negeri-negeri di Asia Pasifik disebut lebih sukses menangani pandemi dengan mengimplementasikan Non-Pharmaceutical Interventions (NPIs) untuk menghentikan penyebaran virus dengan cara: border controls; face-mask use; physical distancing; and widespread testing, contact tracing, and quarantining (or home isolation) of infected individuals. Di Indonesia semua itu disebut dengan protokol kesehatan.

Sedangkan negeri-negeri Atlantik Utara menderita cukup parah, karena memiliki kultur yang berbeda. Warga di sana lebih mengagungkan personal liberty dan menuntut privacy yang berlebihan yang kemudian memunculkan ketidakpatuhan pada protokol kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah. Mereka juga disebut lebih mudah memakan hoax, conspiracy theory atau fake news.

Gangguan Kesehatan Mental

Laporan itu juga menyebut meningkatnya gangguan kesehatan mental sebesar 47%, terutama pada kelompok yang memang sudah memiliki potensi untuk terganggu, seperti masyarakat miskin, orang muda, dan perempuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun