Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

"Resilience" Ketangguhan dalam Hidup, Apa Kata Neuroscience?

15 September 2019   09:40 Diperbarui: 4 Mei 2020   11:42 1388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: https://idathome.ca

Tubuh pun tetap sehat, dan bahkan kita cenderung pada kebajikan. Jika kita mampu mempertahankan kondisi otak selalu dalam kondisi positif, maka kita disebut memiliki resilience.

Ada banyak pelajaran untuk memperoleh resilience yang bisa kita temukan melalui Googling. Dari sekian banyak pelajaran itu, kita akan melihat neuroscience memberikan pelajaran yang sederhana. Meski demikian itu bukan berarti mudah, jika tanpa mempraktekkannya secara sungguh-sungguh.


Apa yang diajarkan oleh neuroscience untuk memperoleh resilience?

Ada banyak neuroscientists di seluruh dunia yang telah melakukan penelitian tentang bagaimana untuk memiliki positivity atau resilience ini. Mereka mengajukan berbagai konsep. Di antara mereka ada Martin Seligman, Shawn Achor, Barbara Fredrickson, Sonja Lyubomirsky, dan lain-lain. Namun untuk tips praktis bagi semua orang untuk mempraktekkan apa yang telah ditemukan melalui penelitian para neuroscientists, di bawah ini adalah daftarnya menurut skala prioritas.

  1. Meditasi
  2. Bersyukur
  3. Melakukan kebajikan
  4. Relationships
  5. Berolahraga

Di bawah ini adalah penjelasan singkat dari masing-masing tips neuroscience untuk memperoleh resilience atau positivity. Sekilas nampak mudah, namun jika dipraktekkan butuh penjelasan yang panjang dan latihan yang juga panjang. Misalnya soal meditasi, akan banyak pertanyaan di seputar meditasi saat dipraktekkan. Begitu juga soal bersyukur yang dipraktekkan dalam bentuk “menulis jurnal” yang isinya adalah hal-hal positif yang terjadi pada diri kita atau di sekitar kita. Hal-hal positif ini terus dicari dan ditulis dalam jurnal yang kita sediakan. Ternyata menemukan atau menyadari adanya hal-hal positif itu berat atau tidak gampang.

MEDITASI

Lebih dari 2 dekade para neuroscientists di berbagai tempat di dunia melakukan penelitian pada meditasi. Ada beberapa kegiatan ibadah agama yang disebut mirip dengan meditasi, misalnya berdoa. Mereka kemudian menemukan cara bagaimana melakukan meditasi yang sederhana bisa mengubah kondisi otak menjadi positif, apalagi jika dipraktekkan untuk waktu yang lama. 

Para neuroscientists juga telah mendefinisikan tentang bagaimana cara melakukan meditasi. Mereka memberi sebutan untuk cara meditasi yang baik dengan sebutan "mindfulness meditation". Caranya hanya dengan memperhatikan atau fokus pada tarikan nafas masuk dan hembusan nafas keluar. 

Beberapa kali tarikan dan hembusan nafas saja sudah memberikan kondisi baik di otak, apalagi jika dilakukan bermenit-menit dan sering sepanjang hidup, bahkan sejak kecil (lihat tulisan saya yang lain).

BERSYUKUR

Bersyukur adalah tradisi yang bisa ditemukan di agama apa pun atau dalam kultur mana pun di dunia. Popularitas praktek bersyukur ternyata berkaitan dengan munculnya efek positif di otak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun