Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

SDM Unggul dalam Pidato Jokowi, Bagaimana Caranya?

16 Agustus 2019   13:34 Diperbarui: 16 Agustus 2019   15:57 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: https://bisnis.tempo.co

Pidato Jokowi di depan Sidang Tahunan MPR hari ini, 16/08/2019, menyatakan untuk menjadi bangsa yang maju dan sejahtera tidak bisa lain kita harus menyingkirkan intoleransi, radikalisme, dan terorisme.

Sayangnya di pidato ini Jokowi tak menyebut ancaman atau gangguan ideologi khilafah yang dalam beberapa tahun belakangan ini telah menyita waktu dan energi kita. Padahal ideologi khilafah ini adalah akar dari intoleransi, radikalisme, dan terorisme. Jika ideologi khilafah ini dibiarkan terus dikampanyekan oleh segelintir orang di negeri ini, maka pembangunan SDM Unggul bakal terganggu. Kita akan terus sibuk mengatasi gangguan ini. Padahal mestinya kita sibuk dengan hal-hal lain yang lebih produktif.

Kata "SDM" cuma disebut 1 kali dalam pidato di depan Sidang Tahunan MPR ini. Sedangkan di pidato lainnya, yaitu Pidato Kenegaraan 2019 di hari yang sama, Jokowi menyebut 14 kali kata "SDM", namun tidak menjelaskan bagaimana cara membangun SDM Unggul Indonesia.

Ini kutipannya:

"Saya mengajak semua Lembaga-Lembaga Negara untuk membangun sinergi yang kuat guna menyelesaikan tugas sejarah kita. Mendukung lompatan-lompatan kemajuan untuk mengentaskan kemiskinan, menekan ketimpangan, dan membuka lapangan kerja sebanyak-banyaknya. Bergandengan tangan menghadapi ancaman intoleransi, radikalisme, dan terorisme. Serta ikut serta melahirkan lebih banyak lagi SDM-SDM unggul yang membawa kemajuan bangsa."

Semoga di periode kedua pemerintahan Jokowi nanti akan ada konsep yang jelas dalam membangun SDM Unggul. Setidaknya konsep itu berdasarkan ilmu pengetahuan, bukan berdasarkan dongeng-dongeng masa lalu yang belum terbukti bisa diterapkan di mana pun, apalagi Indonesia.

Indonesia telah merdeka sepanjang 74 tahun, lebih lama daripada negeri-negeri lain di sekitarnya. Kekayaan alam Indonesia melebihi negeri-negeri lain di sekitarnya. Kekayaan budaya Indonesia melebihi tempat mana pun di dunia di beberapa abad terakhir ini.

Namun jika diukur dengan "Human Development Index" yang diterbitkan oleh PBB, Indonesia kini tertinggal jauh dari negeri-negeri lain. Indonesia juga tertinggal jauh dari negeri-negeri lain jika diukur dengan "World Happiness Report" yang diterbitkan PBB sejak 2012.

"World Happiness Report" yang dibuat oleh para pakar neuroscience ini mengukur lebih banyak indikator, yaitu 6 indikator: 1. GDP per capita, 2. Social support, 3. Health life expectancy at birth, 4. Freedom to make life choices, 5. Generosity, 6. Perception of corruption. Indonesia berada di urutan yang buruk jika 6 indikator ini digabung. Indonesia dikalahkan oleh negeri-negeri Asia lain dan negeri-negeri di Amerika Latin.

Semoga juga pemerintah Jokowi bisa menerapkan konsep membangun SDM Unggul yang sudah dibangun oleh para ahli neuroscience sepanjang 2 dekade terakhir di seluruh dunia. Konsep neuroscience adalah cara ilmiah mengembangkan potensi positif yang dimiliki otak agar lebih cerdas, penuh solusi, kreatif, inovatif, tahan terhadap depresi, dan lebih cenderung pada kebajikan, bahkan tubuh lebih sehat.

Kita membutuhkan kondisi otak yang positif untuk membangun SDM Unggul, karena belajar apa pun kita akan lebih mudah. Mencari solusi dari berbagai persoalan menjadi lebih mudah. Bahkan kita akan lebih kreatif dan inovatif. Yang lebih penting adalah kondisi otak yang positif menjadikan kita lebih tahan terhadap depresi.

Sebagaimana kita tahu, setiap orang pasti menghadapi berbagai tantangan atau gangguan dalam hidupnya, seperti krisis keuangan, kehilangan anggota keluarga yang dicintai, krisis keluarga, gangguan kesehatan, berada di sekitar orang yang disebut toxic individuals, tekanan dari kelompok lain, dan lain-lain. Kondisi otak yang selalu positif akan menjadikan kita terus tangguh menghadapi berbagai tantangan atau gangguan itu. Kita tak akan mudah terpuruk. Kita akan cepat bangkit kembali dan menjalani hidup atau meniti rencana-rencana hidup yang sudah disusun sebelumnya. Bukan itu saja, jika kita tidak sedang menghadapi tantangan dan gangguan hidup itu, maka kita akan lebih mudah menjadi individu dengan SDM Unggul seperti yang disebut Jokowi itu.

Bagaimana kita bisa memperoleh kondisi otak yang positif seperti yang sudah ditemukan oleh neuroscience? Googling dong! Sekarang zaman Google, jadi Googling lah! Nanti akan anda temukan sebuah Facebook fanpage bernama "Membangun Positivity" yang saya kelola sejak tahun 2015 untuk mempromosikan temuan-temuan neuroscience dalam membangun kondisi otak yang positif.

Semoga itu berguna untuk mewujudkan mimpi Jokowi dan mimpi semua orang, yaitu Indonesia memiliki SDM Unggul.

M. Jojo Rahardjo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun