Mohon tunggu...
M. Jaya Nasti
M. Jaya Nasti Mohon Tunggu... mantan profesional -

Hanya seorang kakek yang hobi menulis agar tidak cepat pikun

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pasangan Agus Harimurti dan Sylviana untuk DKI-1 dari Poros Cikeas, Pertarungan Habis-habisan SBY

23 September 2016   09:33 Diperbarui: 23 September 2016   10:37 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kejutan dari Cikeas. Dinihari tadi (23/9/16) empat parpol pecahan koalisi Kekeluargaan akhirnya sepakat mengusung anak pertama mantan Presiden SBY, Mayor Agus Harimurti menjadi Cagub DKI Jakarta. berpasangan dengan Sylviana, salah seorang deputi Gubernur DKI Jakarta yang asli betawi. Pasangan Agus/Sylviana akan menantang pasangan cagub petahana Ahok/Djarot. Ia juga akan bersaing dengan pasangan cagub Partai Gerindra dan PKS yang akan diumumkan siang nantii.

Dimajukannya Agus Harimurti Yudhoyono menjadi cagub DKI Jakarta menarik, karena beberapa hal. Pertama, keberanian SBY mengambil resiko, yaitu mempertaruhkan karir Agus sebagai perwira menengah TNI. Sesuai peraturan yang berlaku, Agus harus berhenti dari dinas kemiliteran. Ia akan menjadi orang sipil. Jadi Agus berhenti hanya pada pangkat mayor, jauh sekali dari ayah dan kakeknya, yang pensiun dari dinas militer dengan pangkat jenderal dan letjen TNI.  Pada hal Agus mempunyai prospek karir militer yang gemilang, karena menyandang dua gelar S-2 dari luar negeri. Jika tidak menjadi cagub, Agus sebenarnya berpeluang menjadi perwira tinggi karir dan sekaligus perwira tinggi intelektual di lingkungan TNI.

Kedua, pemilihan Agus menjadi cagub DKI Jakarta mengindikasikan belum selesainya permusuhan antara SBY dengan Megawati, Ketua Umum PDIP. Mereka tidak berbaikan selama 12 tahun, sejak SBY mengalahkan Megawati dalam Pilpres 2004, karena Megawati merasa dikhianati. Pada Pilpres 2009, SBY kembali mengalahkan Megawati. Sedangkan Ahok/Djarot adalah cagub yang didukung oleh PDIP yang dipimpin Megawati. 

Ketiga, SBY ingin memperlihatkan bahwa Trah Letjen Sarwo Edhy, mertua SBY,   lebih hebat dari Trah Soekarno dan trah lainnya.  Trah Letjen Sarwo Edhy, melalui menantunya, SBY, berhasil menjadi Presiden RI selama 10 tahun. Jika Agus berhasil memenangkan Pilgub DKI Jakarta 2017, maka cucu Sarwo Edhy akan menjadi Gubernur DKI Jakarta, dan berpeluang menantang Jokowi pada 2019, atau pilpres 2024.

Keempat, SBY memajukan Agus Harimurti sebagai ‘test the water’. Setelah terpuruk pada Pemilu 2014, SBY dan Partai Demokrat ingin bangkit kembali. Beberapa waktu lalu terdengar kabar bahwa SBY dan Partai Demokrat mendorong dan menggadang-gadang Ani Yudhoyono untuk maju menjadi capres para tahun 2019. Tapi respon publik ternyata kurang memuaskan, sehingga nama Ani Yudhoyono terpaksa disimpan dulu.

Hal yang menarik lainnya adalah pengusungan Agus Harimurti menjadi cagub DKI Jakarta, adalah kesepakatan empat partai. Setiap partai mempunyai pertimbangan sendiri-sendiri. Secara umum, 3 partai anggota koalisi Cikeas (PKB, PPP dan PAN)  adalah partai Islam atau berbasis masa Islam. Para petinggi partai itu tidak memiliki keberanian mendukung Ahok yang double minoritas, terutama karena beragama Kristen Katholik. Jadi masih ada pertimbangan faktor SARA-nya.

Khususnya bagi PPP ada pertimbangan lain. Konflik internal dalam PPP belum selesai. Kepengurusan partai masih pecah antara PPP pimpinan Romahurmuzi dan pimpinan Djan Farid.  Dengan bergabung pada koalisi Cikeas, PPP Romahurmuzi berharap Djan Farid tidak menggugatnya. Soalnya Djan Farid adalah Menteri Perumahan Rakyat pada Pemerintahan SBY periode kedua.  Akan tetapi jika PPP pimpinan Djan Farid menggugat, maka bisa saja pencalonan Agus Harimurti ditolak oleh KPUD. Sepuluh kursi yang dimiliki PPP di DPRD Jakarta tidak dihitung. Akibatnya jumlah kursi yang mengusung Agus tidak memenuhi jumlah minimal yang dipersyaratkan. Oleh sebab itu, dalam beberapa hari ke depan, kita akan melihat apakah Djan Farid mengikhlaskan pencalonan Agus oleh PPP Romahurmuzi, atau menggugatnya.

Pengusungan Agus menjadi Cagub DKI Jakarta oleh 4 partai adalah keberanian dengan pertaruhan yang sangat besar. Agus adalah nama baru sama sekali. Ia sama dengan Sandiaga Uno, hanya berpengalaman di bidang kemiliteran, tetapi tidak memiliki  pengalaman di bidang pemerintahan. Ia masih harus belajar bermain politik. Track recordnya belum diketahui. Elektabilitasnya masih kosong, karena belum masuk radar lembaga survey. Mampukah Agus mengalahkan Ahok/Djarot dengan track record mereka yang sangat baik dan elektabilitas paling tinggi?

Terakhir, saya berpendapat, ternyata rakyat Jakarta bukannya diberikan cagub untuk menjadikan Jakarta yang lebih baik. Yang disuguhkan hanyalah ambisi satu keluarga untuk kembali menjadi penguasa.

Sekian dulu  dan salam

M. Jaya Nasti

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun