Mohon tunggu...
M Japar
M Japar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Negeri Jakarta

Senang membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hoegeng: Cinta dan Komitmen

29 Juni 2020   07:26 Diperbarui: 29 Juni 2020   07:47 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: merdeka.com

Hari Polisi atau dikenal juga dengan Hari Bhayangkara 1 Juli mengingatkan kita pada figur legendaris Hoegeng Imam Santoso, Kapolri ke-5 RI yang menjabat pada tahun 1968-1971. 

Mengapa Hoegeng menjadi figur legendaris yang bukan hanya dibanggakan oleh anggota kepolisian tetapi juga bagi warga negara Indonesia? Jawaban sederhananya adalah Hoegeng begitu mencintai tugasnya sebagai seorang Polisi. 

Riwayat lengkap Hoegeng dapat dibaca dalam Hoegeng: Polisi Idaman dan Kenyataan (sebuah Autobiografi) yang ditulis oleh Abrar Yusra dan Ramadhan KH. Kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan Hoegeng menunjukkan bahwa polisi adalah sosok yang bekerja 24 jam sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat. Kebiasaan-kebiasaan baik yang dilakukan Hoegeng sehari-hari menjadi catatan sejarah yang bermakna.

Dalam bekerja Hoegeng setiap pagi sudah meninggalkan rumah, menuju kantor dan biasanya lebih cepat tiba di kantor dibandingkan staf dan bawahannya. Di sini nampak keteladan menjadi penting bagi pribadi pemimpin apalagi pemimpin tertinggi POLRI. 

Kebiasan datang tepat waktu bahkan lebih cepat ke tempat tugas, nampaknya mudah dan sederhana. Pada kenyataannya ini adalah langkah awal yang sangat penting bagi terbentuknya disiplin pribadi dan sosial. Di era milineal ini disiplin tetap menjadi kebiasaan yang penting bagi suksesnya sebuah organisasi.

Setiap pagi, Hoegeng menempuh rute jalan yang berbeda ke kantor untuk mengetahui gambaran situasi kehidupan yang berbeda dan kian lama kian lengkap. Dengan begitu bisa sekalian untuk melakukan inspeksi tidak langsung yang berkaitan dengan tugas kepolisian. Hoegeng bukan hanya tahu kondisi jalan raya, kepadatan lalu lintas, tetapi juga kesiagaan polisi lalu lintas. 

Dalam situasi seperti ini, tak jarang lahir gagasan atau program-program praktis yang dapat diterapkan di lapangan. Pemimpin futuristik tidak saja menunggu laporan dari staf tapi harus mendapatkan informasi dari lapisan bawah, sehingga memiliki data akurat untuk menjalankan dan mengevaluasi program-program ke depan.

Di sore hari, Hoegeng pulang dari kantor lebih lambat dari staf dan bawahannya. Ada pengecualian misalnya menghadiri sidang-sidang kabinet dan upacara-upacara kenegaraan. 

Pada hari-hari besar tertentu seperti peringatan Hari Kemerdekaan, malam idul fitri, Natal dan Tahun Baru, Hoegeng bersama pucuk-pucuk pimpinan Polri turun ke lapangan, ke jalan-jalan raya dan pusat-pusat keramaian. Ketaatan pada jam kerja menjadi penting karena itu menunjukkan seseorang betah berada di tempatnya bekerja, tidak sekedar nongkrong-nongkrong tetapi bekerja secara produktif.

Hoegeng ingin menunjukkan kesan bahwa kepolisian sadar akan tanggung jawabnya kepada masyarakat untuk memelihara ketertiban dan keamanan umum. Bahwa Polri memberikan pelayanan ekstra untuk menunjang kegiatan-kegiatan yang melibatkan massa pada tempatnya, yang menunjukkan Polri memiliki komitmen kuat terhadap kepentingan dan perasaan masyarakatnya, masyarakat Indonesia. 

Kebiasaan ini dapat menjadi sumber refleksi bagi anggota Polisi saat ini, apakah komitmen yang dipegang teguh Hoegeng masih dipegang Polisi saat ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun