Mohon tunggu...
Mitsui Fakhri
Mitsui Fakhri Mohon Tunggu... Freelancer - penulisbiru

hanya seorang pemuda yang ingin menulis dengan baik dan benar, tanpa ada intervensi, tekanan, ganguan dan semacamnya dari dunia luar yang tidak bisa menerima sebuah kenyataan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Keadilan Bagi Siapa?

5 November 2018   09:04 Diperbarui: 5 November 2018   09:09 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Menjadi seorang abdi negara memanglah menyenangkan, karena kalau tidak menyenangkan, bagaimana mungkin saat ini orang berbondong-bondong mendaftar dan mengikuti ujian masuk sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil. Bila hanya tersedia 200 tempat untuk para pegawai baru, pelamarnya bahkan beratus-ratus kali lipat dari formasi yang dibutuhkan. 

Yeah, itulah hidup. Karena ada pepatah yang menyebutkan "Kalau belum PNS belum dikatakan mempunyai pekerjaan". Itulah mindset sebahagian besar masyarakat kita saat ini. 

Lebih memilih menjadi seorang Pegawai Negeri daripada seorang wirausaha yang bisa saja mempekerjakan orang-orang yang belum mempunyai pekerjaan, tetapi malah memilih sebagai seorang pekerja.

Segengam kekuasaan memang mempunyai sebuah kekuatan yang besar untuk dapat merubah semua hal menjadi seperti yang diinginkan. 

Semua hal menjadi semau gua. Itulah sebagian kecil dari hebatnya segengam kekuasaan di tangan. Selama tanda tangan kita masih berlaku, selama itulah dunia seakan digengaman. 

Tahukah wahai penguasa, Kekuasaan yang semakin digengam akan semakin hilang dan tak bersisa seperti mengengam pasir di tangan. Semakin digengam bukannya semakin banyak, malah akan semakin menghilang.

Dari kedua paragraf pembuka diatas apakah hubungannya dengan keadilan?

Disini saya akan mencoba menggabungkannya agar menjadi sebuah tulisan yang indah dan bermakna. Agar pembaca tidak akan sia-sia meluangkan waktunya untuk melirik tulisan ini.

Lima menit saya merenung untuk meneruskan melanjutkan tulisan ini. Namun sepertinya akan sulit untuk menuangkannya.

Saya hanya melamun dan melihat sedih. Karena saya tidak bisa meneruskannya. Maaf

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun