Di depan jendela kaca seorang lelaki berdiri mematung
 Matanya  memandang dengan tatapan kosong seolah berkabung
Di sudut hati, menyeka lara akan kerasnya kehidupan yang tak berujung
Hatinya risau,  meronta, marah, naif  bak arusnya kehidupan yang tidak beruntung
Hidupnya  hanya  membayangkan arus yang biru  dan gelap
Harapannya yang  sirna, impiannya yang  terhempas sebagai alasan tuk salahkan Tuhan
Lelaki ini hanya bisa meratap pilu, seolah sesal diri dan menunggu
Kala bicara, tatapan  matanya kosong, bak melukis matahari pudar dan pikiran-pikiran
tak berujung
Karena ulahnya, hidupnya tidak menentu  bak pengembara
Tidak bisa  berkata-kata, hanya diam dalam  gerimis  yang sepi
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!